28

369 27 0
                                    

"Coba jelasin ke gue, sekarang tujuan Lo apa? Lo mau bawa anak gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba jelasin ke gue, sekarang tujuan Lo apa? Lo mau bawa anak gue?"

"Dia anak gue juga,"

"Gue papanya secara sah,"

"Gue bokap kandungnya,"

"Lo lupa, siapa yang suruh buang Kai ke panti asuhan?"

"Stop! Lo berdua mau sampe kapan adu mulut kaya gini?" omel Gibran yang lelah mendengar Langit dan Raga yang terus beradu mulut.

"Aa," panggil laki laki yang baru saja datang.

"Teteh keadaannya gimana?"

"Ada didalam, mau liat?" Ghava mengangguk.

"Ada siapa?"

"Gak ada siapa siapa, Lo temenin Aira di dalem ya,"

"Oke."

Aira terpaksa dibawa kerumah sakit karena demamnya semakin tinggi. Kaivan dititipkan dirumah bundanya.

"Jawab anjing," ucap Langit ngegas.

"Jawab paan?"

"Ga, Lo bisa serius ga sih?"

"Nunggu yang lain, males ngomong dua kali,"

Langit menarik napas dalam dalam, lalu dihembuskan kuat kuat. Orang ganteng harus sabar, batinnya.

"Om Janu udah tau, Bran?" Gibran menggeleng.

"Boro boro, tadi aja ditanya langsung pergi," jelas Gibran.

"Emang ga ada adab manusia satu ini," gumam Langit.

"Gue denger ya!"

Langit mendengus sebal. Ia bangkit, mau melihat istrinya, "Mau kemana lo?"

"Liat istri gue lah,"

"Whattt? Istriii?!"

Pekikan kencang sukses membuat Langit, Gibran, dan juga Raga menoleh. Dihadapan mereka berdiri Gara dengan wajah terkejutnya. Ia berjalan mendekati Langit, "Istri, istri siapa?"tanyanya.

"Lo ngapain kesini?"

"Mau jenguk calon pacar gue. Gue denger dia dirawat disini," kata Gara, "Sekarang jawab, tadi lo sebut sebut istri maksudnya apaan? Lo udah punya istri?!"

Langit memutar mata malas, "Istri gue!" ucap Gibran tiba tiba.

"Sembarangan, istri gue. Gak usah ngaku ngaku!" ketus Langit.

"Lo beneran udah punya istri? Demi apa?? Akhirnya gue gak ada saingan," ujar Gara, bahkan saat ini ia sampai bersimpuh dengan kedua tangan mengadah.

Ceklek

Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan Ghava yang berdiri tegak diambang pintu, "Kenapa Ghav?"

"Aa, dipanggil teteh," ucap Ghava. Langit mengangguk, melirik Gibran untuk mengurus Gara.

Langit Dirgantara [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang