13

451 25 1
                                    

"Tunjukin muka cewek lo," ujar Melvin.

Gibran mencari foto pacarnya dihandphonenya. Menunjukan foto tersebut pada keenam temannya, ralat tujuh dengan Aira.

"Ada yang kenal?" tanya Melvin.

Jean, Langit, Guel, dan Ghava menggeleng kompak. Wajah perempuan itu sangat asing.

"Itu kan, Laura," gumam Aira pelan.

"Apa sayang?"

Aira gelagapan, "Enggak, itu kaya temen aku waktu SMP, namanya Laura,"

"Lo kenal Laura?" tanya Gibran.

"Dia beneran Laura? Laura Andrine?" Gibran mengangguk.

"Lo beneran kenal Laura?" kita Melvin bertanya.

Aira tentu saja mengangguk, "Dia temen SMP gue. Gak deket sih cuma sekedar kenal aja. Lagian siapa yang gak kenal dia, primadona di SMP,"

Aira minta tolong Langit untuk mengambil handphone nya di, "Beberapa hari yang lalu dia hubungin gue, tapi belum sempat gue jawab," ia menunjukan pesan masuk kepada tujuh laki - laki dihadapannya.

"Ra, Lo tau sesuatu tentang Laura? Maksud gue, kan dulu satu sekolah, siapa tau lo pernah denger apa gitu,"

Aira tampak berfikir, sebenarnya ia lupa lupa ingat karena sudah beberapa tahun lalu, "Dulu gue emang satu sekolah, banyak cowok cowok yang naksir Laura karena saking cantiknya. Dia juga pernah satu sekolah sama kita kok,"

"Kok gue baru tau?"

"Dia cuma masuk selama 2 Minggu setelah itu dia ngundurin diri, karena mau homeschooling," Aira menarik napas. Langit yang sangattt pengertian memberikan air untuk Aira.

"Kalau menurut rumor yang gue denger, Laura keluar karena dia hamil. Gue gak tau benar apa engga, tiba - tiba besoknya udah gak ada yang ngomong rumor itu lagi,"

Raga tertawa, "Lo denger? Punya kuping kan? Berarti cewek lo emang pelacur,"

"Jaga ucapan lo, bangsat!"

"Padahal udah jelas cewe Lo yang murahan. Tapi masih aja percaya sama dia cewek yang baru Lo kenal selama setahun, dari pada gue yang udah kenal Lo lebih dari 3 tahun,"

"Gue emang pernah ketemu cewek lo. Waktu itu gue di club, cuma minum aja. Tiba - tiba cewek lo itu duduk dipangkuan gue, dan cium gue gitu aja. Gue laki - laki normal, siapa yang bakal nolak? Tapi habis itu gue langsung cabut, karena gue inget Karina,"

"Bulshit,"

"Karina, siapa?" bisik Aira.

"Mantan pacar Raga, sebelum jadi bajingan," jawab Langit yang ikut berbisik.

"Gue rasa disini Raga emang gak salah," ujar Jean.

"Terus aja belain temen Lo itu!" Bentak Gibran. "Lo semua emang pernah peduli sama gue? Ngebela gue kaya kalian semua ngebela si brengsek itu?"

"Bran tenang dulu," Langit menarik tangan Gibran untuk duduk kembali.

Melvin mengusap usap dagunya, menyusun setiap cerita yang ia dengar, "Gue rasa Gibran dan Raga di adu domba,"

"Maksud lo?!"

"Ya mereka berdua di jebak. Ntah ada orang di balik semua kejadian ini atau engga, feeling gue bilang mereka dijebak,"

"Lo harus cari informasi lebih soal pacar, lo Bran," usul Guel.

"Tapi gak mungkin Laura?!" Gibran mengacak rambutnya furstasi.

"Tenang, kita bakal bantu lo," ucap Langit menepuk bahu Gibran.

"Kita anggap Raga disini gak bersalah, karena gak ada bukti yang kuat buat nuduh dia ngehamilin Laura,"

Langit Dirgantara [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang