Hai frenn!mudah siap ramein chapter 11? Let's go! Jangan lupa vote dan Comment yg banyak yaa💚
'selamat membaca'
Pukul 10 Malam, laki - laki dengan perawakan ramping memasuki rumah bercat abu - abu. Tadi saat dia bilang mau pulang, ternyata ia tidak langsung pulang tetapi ia pergi menemui kekasihnya.
"Dari mana saja kamu Gibran? Jam segini baru pulang?!" bariton tegas dari pria paruh baya membuat Gibran menghentikan langkahnya.
"Apartemen Langit," jawabnya singkat, kemudia kembali berjalan menuju kamar.
"Ayah sudah bilang jauhin teman - teman kamu. Mereka buruk buat kamu!"
Gibran berbalik, menatap tajam ayah kandungnya, "Ayah tau apa soal Gibran? Mereka selalu ada buat Gibran, bahkan mereka jauh lebih baik dari Ayah!"
"Ayah tau semuanya Gibran. Kamu fikir selama ini Ayah kemana? Ayah selalu memantau kamu,"
Gibran berdecih pelan, "Ayah selama ini sibuk pacaran sama dia. Jangan sok tau tentang hidup Gibran. Karena sampai kapan pun Ayah gak akan pernah ngerti Gibran,"
"Satu lagi, jangan ngejelekin temen - temen Gibran. Karena mereka Gibran bertahan sampai saat ini, kalau enggak mungkin Gibran udah nyusul Bunda. Ayah gak perlu repot - repot ngurus Gibran, ayah urus aja pacar ayah itu," sambung Gibran. Kemudian ia melangkahkan kakinya, menuju kamarnya.
Tak mempedulikan Ayahnya berteriak memanggil namanya. Gibran sungguh tidak peduli.
Gibran melepaskan sepatu yang seharian ia kenakan, mengambil figura wanita cantik yang mirip seperti dirinya. "Bunda, Gibran kangen bunda. Ayah udah gak peduli Gibran lagi,"
Ir mengusap pelan kaca figura itu, "Ayah bahkan ngejelekin temen Gibran, sakit hati Gibran bunda. Bunda Gibran lagi ada masalah, Gibran gak tau harus berbuat apa. Tapi Gibran bersumpah, bukan Gibran,"
"Bunda jangan marah sama Gibran ya,"
"Gibran sayang banget sama Bunda. Tolong datang dimimpi Gibran Bun, sekali aja,"
°°°
Langit mendengus sebal. Ia sangat risih dengan Sarah yang terus menerus memeluk lengannya, ditambah kedatangannya secara tiba - tiba seperti jelangkung.
"Lepas gak!" ucap Langit, ia melepaskan pelukan tangan Sarah.
Sarah menggeleng, ia kembali memeluk tangan Langit, "Aku kangen babe, kemarin kamu gak masuk, gak ngabarin aku juga," ujarnya dengan suara yang diimut imutkan.
"Huek najis!"
"Si Langit gak mau sama lo, mending sama gue aja sini. Gue izinin duduk dipangkuan gue," ucap Raga sang buaya, dengan mata berkedip - kedip seperti orang cacingan.
"Gak, makasih. Gue lebih minat sama Langit," jawabnya.
"Langitnya gak minat sama lo. Udah sono minggir, ceweknya dateng," usir Guel Sarkas.
Tapi yang namanya Sarah semakin dilarang semakin menjadi, bahkan ia semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Langit.
Langit menggeleng pelan, mengalihkan wajahnya, "Tingkah lo makin hari makin gila. Minggir sana Aira mau duduk," Langit melepaskan tangannya dari Sarah ia berdiri untuk menghampiri gadisnya yang datang dengan segelas Jus Strawberry ditangannya.
"Kok minum aja? Kamu gak makan?" tanya Langit.
"Masih kenyang,"
Aira akan duduk tapi suara Ghava lebih dulu menghentikan kegiatannya, "Teh duduk sini aja, samping Ghava sama Mas Gibran. Disitu ada nenek lampir," ucap Ghava yang membuat Sarah menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dirgantara [ONGOING]
FanfictionLangit Egler Dirgantara. Kerap disapa Langit ini, harus menikah diusia 18 Tahun. Menikahi seorang gadis yang sama sekali tak ia kenal. Ingat ini bukan karena cinta atau accident, tapi karena Perjodohan. Perjodohan konyol yang kedua orang tuanya buat...