Hai Fren!
Sebelum baca jangan lupa Vote, dan Comment yang banyak ya! See you'selamat membaca'
"Aa tau gak, masa Kai bilang sesuatu sama Ghava,"
Langit meletakan handphone nya, "Apa bilang apa?"
"Kata Kai, kenapa papa ku berbeda. Kai mau punya papa kayak bang Jeje. Iya kan Kai?" Ghava menggerakkan tangannya yang digenggam erat Kai.
Gibran tertawa, ia menahan kaos Langit, "Tahan gue Bran, tahan! Anak satu itu bikin gue darah tinggi mulu,"
"Orang Kai sendiri yang bilang ke Ghava. Kalau gak percaya tanya ajaa,"
"Bayi seumur jagung gitu belom bisa ngobrol Ghava," ucapnya geregetan.
"Aa kalau gak percaya yaudah, tuh tuh liat Kai seneng, itu tandanya omongan Ghava bener,"
Langit mengadakan kedua tangannya, menatap ketas sambil berkata, "Astaghfirullah, kuatkan hamba menghadapi bocah kematian didepan hamba,"
"Kalo gitu berarti Ghava yang bakal cabut nyawa aa dong,"
"Diem gak! Gue bisa mati muda kalau deket lo lama - lama Ghav," ujarnya pura - pura menangis.
Gibran menepuk pundak Melvin, "Lo jadi sekolah penerbangan, Vin?"
"Oh? Iya jadi," jawabnya.
"Serius? Beneran jadi?" Melvin mengangguk.
"Dimana?"
"Bali,"
"Huaa gue ga bisa peluk Melvin lagiii," Langit pura - pura menangis.
"Jijik,"
"Istighfar Ngit, liat tuh dia ngeliatin lo aja," Raga menunjuk Kai.
Langit langsung mengambil Kai dari tangan Ghava, mencium gemas pipi gembul Kai, "Kai, nanti gak ada om Melvin. Padahal papa baru aja mau ngungsiin kamu, biar kamu cepet dapet adek,"
"Sinting!" hardik Gibran. Ia kembali bertanya, "Berapa lama disana?"
"1,5 - 2 tahunan lah,"
"Denger ya, walaupun nanti gue di Bali. Lo semua jangan sampe ribut karena hal yg gak penting. Raga terutama lo, jangan sering mainin cewe. Karma itu ada, mungkin bukan sekarang tapi nanti."
"Iya Vin. Gue tobat deh,"
Langit melirik sinis laki - laki berotot dihadapan-nya, "Tibit deh tibit, liat aja besok juga berulah lagi,"
"Kan gue gak janji," balas Raga dengan senyum khasnya.
Aira, dan Gina kembali bergabung dengan yang lain. Mereka habis menyiapkan peralatan mandi untuk Kai, karena hari sudah sore.
"Sini Kai nya, biar aku mandiin,"
"Aku juga mau dong,"
"Mau apa?"
"Dimandiin,"
Aira memukul paha Langit kencang, "Jadi orang kok mesum,"
"Teh ikut dong, mau liat," ucap Guel. Aira hanya mengangguk, Guel mengikuti dari belakang.
"Aira kok bisa banget ngurus bayi? Padahal dia gak punya pengalaman apa - apa," celetuk Melvin.
"Jiwa Ibu nya keliatan banget,"
Langit senyam - senyum melihat pintu kamar mandi yang didepannya ada Guel dan Gina, "Berasa liat masa depan gue," ucapnya.
"Kan emang masa depan lo, bodoh,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dirgantara [ONGOING]
FanfictionLangit Egler Dirgantara. Kerap disapa Langit ini, harus menikah diusia 18 Tahun. Menikahi seorang gadis yang sama sekali tak ia kenal. Ingat ini bukan karena cinta atau accident, tapi karena Perjodohan. Perjodohan konyol yang kedua orang tuanya buat...