07

638 33 1
                                    

Hai Fren! Chapter 7 update. Jangan lupa vote dan komen yang banyak, biar cepet update chapter berikutnya 💚

'Selamat Membaca'

Sudah 2 Minggu lebih Aira menyandang sebagai istri Langit. Semua berjalan lancar, teman - teman sekolah mereka hanya mengira Langit dan Aira hanya berpacaran.

Langit juga semenjak ia saling jujur tentang perasaan mereka, laki - laki itu terus menempel. Tak ingin berpisah, atau berjauhan dalam waktu lama.

"Ra, gimana perasaan lo?" tanya Gina.

Aira tak menoleh, ia hanya menatap makanannya, "Perasaan gue? Maksudnya?"

"Ya perasaan lo, kan udah dua Minggu lebih nih lo jadi istri Langit. Lo bahagia gak? Dia gak jahat kan, Ra?"

Aira tersenyum sejenak, mengingat - ngingat moment yang terjadi baru - baru ini, "Gue bahagia. Lo tenang aja, Langit baik. Dia selalu mendahulukan gue, dari pada diri dia sendiri,"

Gina bernapas lega, "Gue fikir dia bikin lo nangis. Lo tau Kak Daven selalu cerita ke gue, kalo dia kangen lo. Dia selalu khawatir kalau Lo gak bahagia sama Langit, apa lagi awalnya lo nolak banget perjodohan ini,"

"Gin, gue gak akan ngira bakal secepat ini jatuh cinta sama Langit. Ternyata gue memang jatuh cinta dari pandangan pertama," ia tersenyum malu - malu. "Tolong bilang ke Abang gue, jangan khawatir gue. Gue baik - baik aja, suruh dia main ke sini kalau kangen adiknya yang cantik ini," sambung Aira.

"Iya - iya nanti gue sampaikan pesan dari CALON ADIK IPAR," ucap Gina menekan kata adik ipar.

°°°

"Anjirr, Raga kenapa bunuh gue jancok?!" Langit mengumpat kala Raga membunuhnya didalam permainan.

"Sorry, sorry gak keliatan nyet. Gue kira musuh," ujar Raga sambil tertawa.

Langit kesal, ia melempar ponselnya ke arah sofa. Menuju dapur untuk menyeduh popmie. "Siapa yang mau popmie?" serunya dari arah dapur.

"Gue ngit,"

"Gue juga mauu atuh ngit,"

"Aa, Ghava juga mau dong, tapi yang goreng,"

"Gue juga dongggg!"

"Gue pengen ayam mekdi,"

"Ayam-nya Gibran aja tuh potong," saut Langit.

"Nyari ribut, si monyet!"

Tak butuh waktu lama, Langit kembali dengan satu nampan besar berisi popmie yang ia seduh tadi. Ia memasukan bumbu - bumbu, lalu mengaduknya.

"Nanti habis ujian, gimana kalo kita ke Bandung?" usul Melvin yang baru saja kembali dari toilet.

"Aku sih yes,"

"Boleh tuh,"

"Boleh, suntuk bangwt gue,"

"Bang Melvin, izinin Ghava tapi," Melvin mengangguk, menatap Jean dan Gibran.

"Lo berdua gak mau ikut?"

Jean menoleh, "Gak tau. Pusing gue!" keluhnya.

Langit Dirgantara [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang