"Jawab pertanyaanku, kau siapa? Apa tujuanmu menyusup ke istana?" ulang Yeoljong, kesal dengan kebisuan Soomin.Sebenarnya Soomin tak bermaksud mengabaikan pertanyaan Yeoljong. Hanya saja, karena terlalu gugup degup jantungnya meningkat, perlu mengambil napas lebih banyak agar bisa bicara dengan lancar.
Dalam tekanan dan desakan, Soomin tak tahu harus berkata apa. Ia ingat pesan Baekyoung; jangan sekali-kali menyebutkan asal-usulnya. Ayahnya dan penduduk Desa Geumsok telah menjadi korban fitnah keji militer kerajaan, sebagai pemberontak Jeonggeul. Dan mengambing-hitamkan mereka dalam peristiwa tewasnya Raja Hyojong, ayah Yeoljong.
Yeoljong menatapnya tajam, tak sabar menanti jawaban. Mulut Soomin seolah terkunci rapat karena ketakutan yang menderanya.
"Sa-saya bukan siapa-siapa, Yang Mulia. Saya hanya anak seorang pedagang obat herbal di Pasar Kukje. Saat itu gerbang Hanyang ditutup, kami singgah sementara di kaki Gunung Namsan. Kedua paman saya pergi mencari jalan alternatif, tapi keduanya tidak kembali...," jelas Soomin dengan perkataan terbata-bata.
Cengkeraman tangan Yeoljong di kerah hanbok Soomin melonggar. Memorinya menerawang, mundur ke peristiwa kelam yang hampir merenggut nyawanya. Kata Tabib Shin, jika tak ada yang menolongnya, nyawanya bisa melayang. Dan untungnya lagi seseorang yang menolongnya itu tahu ilmu pengobatan. Beruntunglah ia bertemu Soomin di waktu yang tepat.
"Lalu, ke mana Jo Sojin yang asli?"
Soomin menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, dari semenjak pergi dari Gunung Namsan, hingga bisa sampai ke istana.
Yeoljong menyelami lebih dalam manik kecokelatan itu, menyusuri kebenaran di sana. Dan ia mendapatkan kesimpulan yang logis, sejalan dengan nalurinya sebagai seorang pria, yang selalu mengedepankan logika dibanding perasaan.
-Terlalu sering berhadapan dengan orang-orang penjilat dan pendusta, membuatku paham gelagat mereka. Dari sorot mata dan perkataannya, sepertinya dia gadis jujur. Jika dia orang jahat, tidak mungkin mau menolong orang sekarat yang tidak jelas identitasnya di tengah hutan. Tapi, dia berbeda. Rela bersusah payah dengan sekuat tenaga membawa tubuhku yang jauh lebih besar darinya, mengobati dengan setulus hati. Jika tidak memiliki hati yang murni, pastinya akan langsung pergi, pura-pura tidak pernah melihat apa pun.
Sejujurnya melibatkan perasaan sama sekali bukan gayanya, namun kenyataan berkata lain. Ingatan di gubuk usang itu semakin menguat. Kilas balik memori bagaikan helaian benang sutra yang ditenun menjadi lembaran kain yang indah. Dalam remang, ia ingat bagaimana Soomin susah payah memberinya ramuan. Memeluknya di kala dingin, dan paras cantiknya yang terpapar sinar rembulan dari atap gubuk yang tak lagi utuh.
Degup jantungnya kembali berpacu. Tak dapat lagi dipungkiri, rasa itu mulai merasuk, meski merayap perlahan.
Sosok yang membuatnya berutang nyawa itu, kini menjelma sebagai seorang selir. Tak ada keraguan untuk memilikinya, jiwa dan raga sudah dipastikan miliknya seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Historical FictionKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...