Pasukan Yeoljong sudah tiba di kaki gunung Namsan, menjalankan misi mencari persembunyian pemberontak Jeonggeul.
Hari mulai gelap. Perjalanan di malam hari akan sangat berisiko, entah itu karena jarak pandang yang terbatas, mengingat medan yang sangat berbahaya di mana banyak terdapat tebing curam yang tersamarkan semak belukar, atau bahkan bisa jadi hewan buas yang bisa menyerang tanpa disadari. Oleh karena itu, Yeol dan pasukannya memutuskan untuk beristirahat melepas lelah, menghangatkan badan juga mengisi perut.
Yeol tertegun, tanpa direncanakan, ternyata rute yang mereka ambil melewati tempat di mana dulu ia dan Soomin bertemu untuk pertama kali.
Turun dari punggung kuda yang ditunggangi, langkahnya seolah tertarik pada gubuk tua yang sudah semakin lapuk dimakan usia. Dalam kegundahan hati, ada seulas senyum menghiasi wajah rupawan sang raja. Kenangan itu membawanya lebih jauh, masuk ke dalam gubuk usang itu.
"Jangan masuk ke sana Yang Mulia, gubuk ini sudah lapuk, kalau sampai rubuh diterpa angin, akan sangat membahayakan Anda," larang Sehyun seraya menjegal langkah Yeoljong.
"Minggir." Ucapannya tidak keras, tapi tatapan Yeol sangatlah tajam, membuat Sehyun patuh melipir dari hadapan rajanya.
Sehyun tetap mengikuti Yeol di belakang, khawatir bila terjadi sesuatu, bisa langsung sigap menolong.
Kenangan itu semakin memenuhi pelupuk matanya. Yeol terpejam, membayangkan paras cantik selirnya saat cahaya bulan dari atap genting yang tak lagi utuh menerpa wajahnya. Kerinduan menyelinap, menyelimuti batinnya yang gelisah.
Gong Soomin, bagaimana kabarmu?
Apa bayi kita sudah lahir?
Sekarang kita dihadapkan dengan dilema besar. Kita dipisahkan karena situasi yang tidak menguntungkan. Setiap detik, hidup kita dipertaruhkan. Bila takdir tak berpihak, semoga di kehidupan mendatang kita kembali dipertemukan....
Helaan napas berat diembuskan perlahan. Tiba-tiba dari luar terdengar seruan dari Byunwoo,
"Yang Mulia, kami telah menangkap dua orang mata-mata!"
Seruan itu membuyarkan lamunan Yeoljong, keluar dari gubuk diikuti Sehyun. Tampak dua pria paruh baya berlutut dalam keadaan tangan terikat ke belang. Wajah mereka tampak ketakutan.
"Ampun, Tuan. Kami tidak ada maksud apa pun datang ke sini." Sepertinya dua pria itu tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan Raja Joseon.
"Mereka berbohong, Yang Mulia. Setelah digeledah. Kami menemukan ikat kepala dengan logo pemberontak. Mereka memang mata-mata yang sengaja dikirim musuh untuk mengintai kita," jelas Nam Byunwoo, masih menodongkan ujung pedang di leher mereka.
"Ti-tidak, Tuan. Kami berani bersumpah, kami datang ke mari karena ingin mencari keponakan kami yang hilang empat tahun lalu. Kami sudah berjanji akan menjemputnya di sini, oleh karena itu setiap bulan kami kembali ke sini, berharap dia kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Historical FictionKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...