26

724 66 3
                                    

"Penyusup!" teriak penjaga gerbang, kecolongan karena seseorang yang lolos masuk pelataran hanya dengan melompatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Penyusup!" teriak penjaga gerbang, kecolongan karena seseorang yang lolos masuk pelataran hanya dengan melompatinya. Dari gerakannya yang ringan dan gesit, melompati benteng yang cukup tinggi, jelas tidak bisa dilakukan sembarang orang. Ilmu pedangnya pun sangat mumpuni, lima orang yang mengepungnya dilibasnya tanpa kesulitan.

Pedang tajamnya kini sudah berlumuran darah, membuat penjaga lain yang masih tersisa memundurkan langkah dengan tubuh gemetar.

Tak ada ampun, semua penjaga yang kembali menyerang bersamaan dihabisinya. Menandakan kalau mereka bukan lawan yang sepadan meskipun kalah dalam jumlah.

Ayunan pedang algojo terhenti di detik-detik terakhir.

"Sial!" umpat sang algojo, tidak terima misi yang dilimpahkan padanya dikacaukan.

Suara rintihan dan erangan kawan-kawannya yang meregang nyawa tidak membuatnya gentar. Dari belasan penjaga yang sudah tumbang, sekarang hanya dia seorang yang berhadapan dengan sosok misterius itu.

Sang algojo tidak bisa leluasa dalam pertarungan karena pedang yang ia gunakan adalah jenis pedang untuk mengeksekusi tahanan, lebih berat dan lebih lebar dari pedagang untuk bertarung.

Suara hantaman pedang yang saling beradu mengoyak sunyi. Saling menyerang mengeluarkan jurus terbaik.

Sosok misterius itu seperti dewa penolong yang diturunkan di saat-saat terakhir. Soomin dan dua dayangnya berdoa dengan sungguh agar sosok berpakaian serba hitam itu bisa mengalahkan sang algojo.

Partarungan sengit itu berakhir saat pedang yang diayunkan sosok misterius itu berhasil menyabet urat nadi leher si algojo. Erangan keras menggetarkan sunyi, darah mengalir deras di lehernya, dalam hitungan detik pria bertampang bengis itu tumbang menghujam tanah. Sang eksekutor malah jadi yang tereksekusi, mati mengenaskan di tangan lawan.

Tak terlukiskan betapa bersyukurnya Soomin dan dua dayangnya bisa lolos dari maut.

Sosok itu mendekati mereka. Membantu melepas ikatan tangan dan kaki Soomin, kemudian Baekyoung dan Byulyi. Ketiganya berpelukan erat, menumpahkan syukur yang tak terhingga.

"Syukurlah Nyonya, kita selamat." Byulyi masih memeluk erat Soomin yang hampir jadi yang pertama dieksekusi.

Soomin mengangguk dengan senyum dan tangis haru menjadi satu.

"Terima kasih, Tuan. Siapa pun Anda, kami berhutang nyawa." Saking senangnya Dayang Yoon sampai memeluk kaki sosok berperawakan tegap itu.

"Sebaiknya kita segera keluar dari sini sebelum yang lain datang," kata pria misterius itu memperingatkan Soomin dan kedua dayangnya.

Dengan kekuatan yang masih tersisa, mereka keluar dari tempat itu. Pemandangan yang sangat mengerikan, harus melewati mayat-mayat penjaga yang bergelimpangan, mati dalam keadaan mengenaskan, leher tersayat ataupun perut yang terburai, bau amis darah tercium membuat mual.

Clouds Chasing The Sun (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang