Suara hantaman pedang terdengar nyaring. Dua orang pria begitu awas menajamkan mata, waspada dengan pergerakan satu sama lain. Tak sudi memberikan kemenangan, tak mau menjadi pihak yang kalah.
Jubah yang berkelebat, pergerakan kaki secepat kilat menyapu debu kering membumbung di udara.
Beberapa orang yang mengawasi hanya menatap cemas, kenapa pertarungan yang dilakukan untuk sekedar latihan, justru selalu melibatkan emosi layaknya pertarungan sungguhan.
"Kemampuanmu dari dulu tak ada perkembangan yang berarti, pantas saja gampang sekali dikalahkan musuh," kata Jeongin sinis. Yeol paham sindiran yang dimaksud Jeongin adalah dirinya yang hampir tewas di kaki Gunung Namsan akibat terperangkap jebakan musuh.
"Jangan banyak omong. Ayo kita buktikan siapa yang pecundang!"
Tak terima dengan sindiran Jeongin, Yeol makin berapi-api menyerang. Pergerakannya semakin gesit tak terduga. Tapi, Jeongin lebih jeli mencari celah kelemahan Yeol, hingga dapat menghempaskan pedangnya, terlepas dari genggaman menghujam tanah. Perlawanan Yeol terhenti saat ujung pedang Jeongin terarah tepat di lehernya.
"Sudah! Hentikan, Jeongin! Berani-beraninya kau mengarahkan pedangmu pada tubuh Paduka Raja. Turunkan!" bentak Nam Byunwoo--yang tiada lain sepupu mereka---menengahi pertarungan itu.
Napas Jeongin masih menderu, menurunkan pedangnya dan menyarungkan ke tempatnya. Akan tetapi, pandangannya masih tak beralih dari wajah Yeoljong, kakak sekaligus rival dalam segala hal.
Dirinya yang hanya anak sukwon (selir tingkat empat) sedari kecil selalu jadi bahan olok-olok Yeoljong, karena selalu bermimpi menyainginya yang seorang putra mahkota, keturunan murni dari raja dan ratu.
Jeongin menyeka keringat di wajahnya dengan kain. Dalam hati sangat bernafsu ingin merobek urat nadi leher Yeoljong, jika saja tak ada yang menengahi.
Ada senyum miring di bibirnya, cerminan dari pikirannya yang busuk. -Raja dungu, lemah, tak berguna. Tak sadarkah kau tengah kupecundangi?
Dan kebodohan terbesarmu adalah menyia-nyiakan wanita sempurna seperti Kim Inhyeon.🍑🍑🍑
Mentari baru saja menampakkan sinarnya, hangat berbaur dengan aroma segar rumput berembun, membasahi kaki dua insan yang sedang mengarungi perbukitan semenjak pagi buta.
Rok panjang menjuntai menutupi panjang kaki, cukup merepotkan saat berjalan, hingga harus sedikit mengangkatnya.
"Apa kau lelah?" tanya Yeol pada Soomin yang sedang menyeka keringat dengan punggung tangan.
"Jangan khawatir, Yang Mulia, saya sudah terbiasa dengan kondisi ini. Berjalan berkilo-kilo meter bukan hal baru bagi saya."
"Hmm ... apakah pantas bersikap sombong seperti itu di depan raja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Ficción históricaKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...