19

923 85 16
                                    

Sedih, marah, kecewa, yang dirasakan Jungjin saat mendengar titah raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedih, marah, kecewa, yang dirasakan Jungjin saat mendengar titah raja. Hatinya hancur. Wanita yang selama ini ia sayangi harus terbuang sia-sia seperti sampah tak berguna. Menyesal kenapa tidak jujur saja sejak awal bahwa dia memang benar 'Kak Sunkyu' yang dikenalnya di masa kanak-kanak dulu. Mungkin Soomin yang saat itu sedang bingung karena terjebak di tempat yang tak semestinya, mau melarian diri sebelum kekacauan lebih besar terjadi seperti sekarang.

Namun, ia pun tak bisa menyalahkan Yeoljong. Sebagai orang yang selalu berada di sisinya, Jungjin tahu betul dilema yang dirasakan rajanya. Tidak mudah membuat keputusan di saat masalah berat mendera tiada henti.

Jungjin pasrah menjalankan tugas.
Di malam gelap gulita ia berjalan menuju kediaman Selir Bin.

Dari dinding Jeonghwadang tampak cahaya berpendar dari dalam, pertanda si penghuni masih terjaga.

Jungjin memperhatikan keadaan sekeliling, memastikan pergerakannya aman. Merapat di dinding kertas paviliun. "Nyonya, apa Anda mendengar suara saya?" katanya, menjaga intonasi suaranya tidak keras dan tidak pelan, cukup untuk bisa didengar oleh seseorang di dalam.

Soomin sedang termenung duduk gelisah memikirkan nasib, terkesiap melihat bayangan seseorang di luar. Perlahan bangkit. Sebelum pintu dibuka, harus benar-benar yakin, siapa yang datang. Terlebih dalam keadaan sendiri, menuntutnya untuk tak bertindak gegabah.

"Ssiapa kau? Untuk apa datang selarut ini ke tempatku? Sebaiknya kalau ada kepentingan, datanglah besok setelah ada dayang pengganti, agar tak menimbulkan kecurigaan."

Guci kecil di sebelahnya digenggam pinggirannya, berjaga-jaga bila orang itu berniat jahat, bisa langsung memukul kepalanya jika memaksa masuk. Jangan ditanya bagaimana detak jantung Soomin saat ini, dag dig dug tak karuan. Bahkan di keningnya merembes keringat dingin.

"Ini saya, Nyonya, Jungjin. Saya diutus Paduka Raja ke sini. Sebaiknya Anda berkemas sekarang, bawa barang secukupnya. Paduka ingin Anda pergi diam-diam meninggalkan istana. Keadaan bertambah gawat. Anda harus keluar secepatnya."

Soomin mengambil lilin di meja, ingin memastikan benarkah yang datang itu Jungjin, ajudan raja, atau ada yang mencoba menjebaknya.

Membuka pintu selebar telapak kaki. Ketakutannya sirna, cahaya lilin memperjelas wajah yang tak asing.

"Nyonya, sebaiknya lekas kemasi barang Anda, kita tak punya banyak waktu lagi."

Ini yang dinantikan Soomin sejak lama, keluar dari istana yang sudah seperti kandang macan, yang selalu membuat nyawanya terancam.

Buru-buru berkemas, membawa barang secukupnya pada sehelai kain kemudian diikat hingga menjadi buntelan.

Soomin kesusahan berjalan cepat, karena dalam keadaan hamil besar.

"Hati-hati, Nyonya." Jungjin menyinari jalan yang mereka lalui dengan lampion yang dijinjingnya.

Jarang ada penjaga yang berpatroli sampai ke sana karena tempat itu paling terpencil di lingkungan istana.

Clouds Chasing The Sun (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang