Hanya ada penyesalan besar di benak Jungjin. Menyesal pergi ke Hanyang, meninggalkan adik remajanya yang ia serahi tanggung jawab besar menjaga selir raja. Jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dirinyalah yang patut disalahkan. Niat untuk menemui raja pun nihil, karena raja dan pasukannya sudah pergi meninggalkan istana.
Sudah tak ia hiraukan lelah fisik dan hati yang bergelut dengan kecemasan, Jungjin bergegas secepat mungkin untuk segera sampai rumah.
"Cho Yerim, buka pintunya, ini kakak!" Beberapa kali mengetuk pintu tak kunjung terbuka. Jungjin merasakan firasat buruk, ia pun mendobrak pintu dengan membenturkan badannya beberapa kali, sampai akhirnya pintu itu terbuka. Betapa terkejutnya ajudan raja itu kala kedatangannya disambut sang adik dengan keadaan mengenaskan, leher tergantung di pintu kamar.
"Cho Yerim!" Jungjin sigap mencabut pedang dari sarangnya, memotong tali yang menjerat leher sang adik. Tubuh Yerim terjatuh dalam keadaan lemas di pangkuannya.
"Yerim! Bangun! Kenapa kau melakukan ini!" Jungjin panik, menggoncang tubuh Yerim. Ia raba denyut nadinya, masih terasa meskipun lemah. Segala upaya ia lakukan untuk membuat adiknya sadar, salah satunya dengan berusaha mengembalikan detak jantung Yerim dengan menekan kedua telapak tangan bertumpukan di dadanya.
"Yerim! Bangun!" tak cukup sampai di situ, Jungjin pun melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
Keringat dingin bercucuran di tubuhnya, hampir putus asa karena sang adik belum ada reaksi.
"Cho Yerim! Bangun!" Jungjin terus berupaya melakukan dua tindakan itu bergantian, napas buatan dan memancing detak jantung tetap berdetak agar otaknya tak sampai kehabisan asupan oksigen.
Setelah berusa keras, usaha Jungjin membuahkan hasil, Yerim terbatuk. Ia peluk tubuh sang adik dengan senyum merekah. "Yerim-ah! Kamu bisa dengar Kakak?"
Mata Yerim perlahan terbuka. "Kakak...." gumam Yerim masih belum sepenuhnya sadar.
Syukurlah. Terlambat sepersekian detik saja Jungjin akan kehilangan adik semata wayangnya.
___
Jungjin mendudukkan Yerim, bersandar di dinding. Selama beberapa saat diam terpaku dengan pandangan kosong. Jungjin tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi hingga membuat gadis seceria Yerim melakukan perbuatan nekat semacam itu.
"Yerim, coba kau jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau sampai melakukan perbuatan itu?"
Bukannya jawaban, malah air matanya yang berlinang, tak cukup memberi penjelasan. Benak Jungjin semakin dipenuhi tanda tanya.
"Kenapa kau selamatkan aku, aku pantas mati. Kesalahanku sudah tak terampuni, Kak." Air mata gadis belia itu semakin deras berjatuhan, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Jungjin mengernyit. "Apa maksudmu?"
"Aku pikir Kakak tidak akan pernah kembali lagi."
"Apa yang kau katakan, tentu saja Kakak akan kembali...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Historical FictionKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...