Keadaan Hanyang semakin mencekam. Pembantaian terjadi di mana-mana. Mendesak Yeoljong untuk terjun langsung mengatasi pemberontak yang semakin meresahkan. Bercermin dari kesalahannya dulu, pergi ke Gunung Namsan tanpa persiapan, kali ini Yeol lebih percaya diri karena membawa pasukan terlatih hasil bentukan Nam Byunwoo dan Oh Sehyun yang memang punya prestasi mengesankan di militer.
Kekosongan pemerintahan akibat raja yang pergi meninggalkan istana, dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya untuk membangun kekuatan dengan memperluas dukungan dan menyingkirkan yang tidak sepaham.
Di suatu malam, Jeongin mendapat undangan dari seseorang yang memintanya bertemu di tempat rahasia.
Jeongin dengan berani datang seorang dari tanpa ada kecurigaan sedikit pun. Udara yang menghangat di pertengahan musim semi, terasa lebih senyap dari biasanya. Tak ada angin yang berhembus, sangat tenang.Di belakang benteng istana tempat yang dijanjikan. Dalam hening dan sepi Jeongin menajamkan pandangan, waspada dengan keadaan sekeliling. Tiba-tiba terlihat sosok misterius berkelebat dari balik benteng, mendarat tepat di depannya. Keadaan gelap gulita, Jeongin kesulitan mengenali wajahnya.
"Siapa kau?" Jeongin siap siaga dengan tangan menggenggam gagang pedang, kakinya sedikit melebar memasang kuda-kuda.
Wajah yang terhalang gat itu terangkat. Cahaya yang sangat minim, samar-samar menerpa wajah pria misterius itu. Jeongin terkejut, begitu tahu sosok di kegelapan itu.
"Pa-Paman."
Wonjong menarik pedang dari sarangnya. Hal itu jelas membuat Jeongin heran. "Apa yang akan Paman lakukan?"
"Tentu saja menghabisimu!" jawabnya terang-terangan.
Jeongin tak habis pikir dengan apa yang dikatakan pamannya. Apa dia sedang bercanda? Atau sedang mengujinya?
"Tunggu. Apa maksud semua ini? Bukannya kita berada di pihak yang sama?" Jeongin tak hentinya mencecar Wonjong dengan pertanyaan.
Wonjong menyunggingkan bibir, menatap sinis keponakannya. "Pihak yang sama? Kau masih terlalu muda, Jeongin. Pengalamanmu masih seujung kuku. Dalam politik, tak ada istilah kawan abadi atau musuh yang kekal. Semua akan berubah tergantung situasi dan kondisi. Yang menguntungkan akan bertahan, sedangkan sampah tak berguna harus disingkirkan."
"Apa maksud Paman?"
"Kepentingan kita memang sama. Sama-sama mengincar nyawa Yeoljong untuk menggantikan posisinya. Ambisi sudah melumpuhkan akal sehatmu. Kau lupa aku ini siapa. Tidak mungkin ada dua singa jantan yang berkuasa di satu wilayah. Harus ada salah satu yang mati. Itu sudah jadi hukum alam. Dan sekarang, bersiaplah menerima takdirmu, Lee Jeongin!" Secepat kilat pedang berayun mengarah pada tubuh Jeongin.
Tak tinggal diam, melihat sang paman yang begitu menggebu melakukan serangan, Jeongin memberi perlawanan. Suara hantaman pedang mengoyak sunyi. Jeongin tahu kemampuannya ada di bawah pamannya, mengharuskannya melawan habis-habisan. Tubuh keduanya begitu ringan berkelebat, berganti posisi, menyerang dan menangkis. Jeongin semakin terdesak, dengan serangan agresif lawannya. Sepanjang pertarungan, hanya bisa menghindar dan bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Historical FictionKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...