28

758 63 6
                                    

Daripada mati dalam keadaan pasrah, lebih baik mati dalam perlawanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daripada mati dalam keadaan pasrah, lebih baik mati dalam perlawanan. Yeoljong tidak rela membiarkan pamannya yang tamak dan licik mengambil alih kekuasaan. Dendam di dada semakin membara, musuh yang dicari nyatanya orang terdekatnya sendiri.

Sriiing!

Pedang terhunus dalam sekali tarikan. Netranya menajam penuh dendam. "Orang licik sepertimu, tidak layak hidup di muka bumi. Dendam ayahku akan kutuntaskan sekarang juga!" Napas menderu menahan amarah. Sudah muak dengan tampang busuk sang paman yang menjadi musuh dalam selimut.

"Berani berduel denganku?" ejek Wonjong dengan menyunggingkan bibir.

"Jangan banyak bicara, kita selesaikan semuanya sampai salah satu di antara kita ada yang mati!" Gagang pedang sudah terkunci di genggaman, Yeol menerjang lebih dulu.

Pedang berhantaman keras, tak jarang sampai menimbulkan percikan bunga api. Meskipun sadar, kemampuannya tak sebanding, Yeol tidak menyerah.

Wonjong menyerang tanpa ampun, Yeol hanya bisa bertahan, menangkis, menghindar, sedikit menyerang bila ada celah. Sulit mengimbangi ilmu beladiri lawan yang lebih mumpuni.

Trraang!

Yeoljong membeliak, fokusnya buyar ketika gagang pedang di genggaman tangannya terlepas, dihantam pedang lawan sampai terpental, melayang jatuh ke jurang.

Wonjong tertawa keras melihat musuhnya tak berdaya tanpa senjata.

Nekat. Yeoljong menggunakan pertahanan terakhir, menyerang dengan tangan kosong. Jubahnya berkelebat, menghindari serangan lawan yang semakin gencar.

Srettt!

"Aaaaakh!"

Yeol mengerang kesakitan, pinggangnya robek terkena sabetan pedang. Darah segar merembes membasahi pakaiannya.

"Bersiaplah untuk menjemput ajalmu, Lee Yeol!" Wonjong mengangkat pedangnya ke atas, bersiap menghujamkan pada punggung Yeoljong yang sudah ambruk bersimbah darah. Hal yang sama seperti yang ia lakukan terhadap Jeongin.

Saat nyawa hanya tentang sisa tarikan napas. Dan netra yang menatap pasrah pada ujung pedang yang siap menembus tubuhnya. Tiba-tiba pertolongan muncul dari sesuatu yang tidak terduga.
Sebuah benda jatuh dari saku pakaian Yeoljong. Sebuah benda yang menjadi harta paling berharga milik Soomin, gantungan ornamen yang dibuat mendiang ayahnya, di mana di salah satu ujungnya terdapat pisau kecil. Napasnya terhenti sejenak, terfokus pada gerakan yang berlomba dengan musuh, apakah pedang Wonjong ataukah pisau Yeoljong yang lebih dulu bersarang.

Blesss....

"Aaaaakh!"

Yeol berhasil menancapkan pisau kecil pada paha Wonjong. Darah segar memancar melumuri tangannya.

Wonjong berteriak keras, pedangnya jatuh. Yeoljong dengan cepat mengambil pedang itu. Mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa, berguling ke samping, memanfaatkan kelengahan lawan yang kesakitan, tanpa ragu menghujamkan pedang ke punggung sang paman durjana.

Clouds Chasing The Sun (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang