Epilogue

386 46 7
                                    


‼️100 VOTE FOR EXTRA CHAPTER‼️

Susah gak si untuk 100 vote? 😄 Kayaknya bakal susah deh, soalnya banyak yang jadi silent reader nih ahaha.

‼️JADI ADANYA EXTRA CHAPTER ADA DITANGAN KALIAN,TEMEN-TEMEN‼️

Kalau votenya kenceng, aku bakal up extra chapter. Kalau nggak sampe target, mohon maaf aku nggak akan up EXTRACHAPTER untuk SICKNESS🙏🏻☺️

Happy reading...

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terimakasih..." Ucap Claretta seraya tersenyum tipis.

"Seharusnya saya yang mengucapkan terimakasih,Claretta." Balas pria paruh baya yang diketahui bernama, Samuel Eisig, ayahnya Mark Eisig.

Claretta menggeleng sambil mengeratkan pelukannya pada guci abu Mark yang diberikan Samuel kepadanya.

"Claretta minta maaf, pa. Claretta nggak bisa jaga Mark." Suara Claretta bergetar, ia masih tidak percaya bahwa Mark kini sudah menjadi abu.

Samuel hanya tersenyum tipis. Lalu melirik guci abu Mark yang juga ada ditangannya. Ia memutuskan untuk membagi setengah abu kremasi Mark kepada Claretta, karena Samuel yakin anaknya ingin selalu berada di dekat Claretta.

"Saya lebih merasa bersalah karena saya baru tahu bahwa Mark memiliki kepribadian ganda dan sering menyakiti kamu. Saya minta maaf." Sesal Samuel.

Semenjak ibu kandung Mark meninggal, Samuel memutuskan untuk menetap di Kanada bersama keluarga barunya. Sementara Mark menolak tinggal bersama Samuel dan memilih menetap di kota ini.

"Kalau begitu saya pamit dulu, saya harus kembali ke Kanada sore ini." Ujar Samuel pada akhirnya.

"Safe flight, pa. Claretta ikut mengantar papa ke bandara boleh ya?"

Samuel menggeleng sambil tersenyum. Pria paru baya itu menepuk pelan pundak Claretta.

"Kamu istirahat aja. Beberapa hari ini pasti sangat berat untuk kamu, right? Kamu boleh istirahat di apartemen milik Mark, kalau kamu kangen sama dia."

Claretta menatap Samuel tidak percaya. Kenapa Samuel bisa sekuat ini? Claretta yakin bahwa meninggalnya Mark juga membuat Samuel terpukul. Terlihat jelas dari raut wajahnya, matanya yang sembab dan terlihat lelah.

"Saya pamit dulu kalau begitu..."

Samuel langsung masuk ke dalam mobilnya dan setelah itu langsung melesat meningalkan Claretta di depan gedung krematorium.

"Jasmeen."

Claretta menoleh ke arah sumber suara,Lucas, cowok itu dari tadi menunggunya selesai berbincang dengan Samuel.

Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang