18. Ice Cream

1.5K 280 8
                                    



Selamat membaca ( ◜‿◝ )♡








Selamat membaca ( ◜‿◝ )♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Darimana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Darimana?"

"Apartemen kamu"

Aku menoleh kearahnya, "Ngapain?"

Mark berdecak sambil membantuku membereskan kekacauan yang dibuat oleh dirinya sendiri, "Ya karena kangenlah, ya kali mau pacaran sama tembok."

Oke. Aku nggak bisa menahan senyum ketika Mark berbicara seperti itu, hatiku menghangat. Untunglah mood Mark lagi bagus sekarang, setidaknya untuk saat ini, mengingat bagaimana kondisi apartemennya-seperti kapal pecah.

Plak

"Aw" pekik-ku ketika Mark tiba-tiba saja memukul punggung tanganku, ah- kalian tidak perlu risau, Mark hanya memukul pelan. Reaksi aku aja yang berlebihan.

"What's wrong?" Tanyaku kesal.

"Kamu beresin yang lain aja," Mark menunjuk tas pakaianku yang masih tergeletak didekat pintu masuk, "biar aku yang ngurus ini."

Astaga, benar juga. Benda itu masih tergeletak di sana. Tapi, kenapa Mark nggak bantu aku bawa kedalam sih? Ck!

"Apa?" Tanya Mark seraya menatapku yang masih ditempat yang sama.

"Kamu aja yang bawa tasnya, kok kamu tega sih biarin aku bawa tas? Berat tau"

"Ya lebih baik kaya gitu, daripada tangan kamu luka gara-gara ngurus ini" Mark menunjukan pecahan vas bunga padaku seraya tersenyum, "You are a strong woman, right? You are often said like that"

"Tapi-"

"Cla, dengerin kata aku atau,"

"Okay okay, aku bawa tasnya" potongku sebelum Mark mengoceh lebih panjang lagi.

"Good girl," Mark tersenyum simpul, "Habis itu kamu istirahat aja dikamar. Biar aku yang bersihin sisanya."

Aku mendesah, lalu mau tidak mau aku mengangguk pasrah-walaupun aku merasa tidak enak membiarkan Mark Eisig-ku bekerja sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau aku masih bersikeras ingin membantunya, aku khawatir kalau mood Mark berubah menjadi tidak bagus.

Dua puluh menit lebih aku menunggu Mark selesai dengan apartemennya di balkon kamar hingga sepasang tangan melingkar di pinggangku.

"Claretta," suara berat khas milik Mark terdengar jelas ditelinga ku, " Jasmeen."

"Mark Eisig" balasku seraya mengelus-elus tangan yang masih memeluk pinggangku dari belakang.

Mark terkekeh setelah mendengar aku menyebut namanya dengan menurut nada bicara Mark menyebutkan namaku. Sedangkan aku hanya tersenyum, membiarkan Mark mengeratkan pelukan-nya padaku.

"Aku sayang kamu" bisik Mark lalu menenggelamkan wajahnya di pundak-ku.

"Me too..."

Hening.

Hanya ada hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku, sedangkan Mark masih betah memeluk-ku dari belakang dengan menumpukan bibirnya di puncak kepalaku.

"Mark..."

"Hm?"

Aku berbalik lalu menatap mata Mark.

"Kamu kemana aja?" Tanyaku pada akhirnya. Mark menatapku datar, tidai menunjukan reaksi apa pun. Hanya diam.

Okay, kalau sudah begini aku yang bingung harus gimana. Apa aku seharusnya tidak bertanya?

"Di sini" jawab Mark akhirnya lalu menunjuk dadaku.

"What?"

Mark terkekeh kemudian menggeleng, "Itu nggak penting, yang penting sekarang adalah kamu sudah disini," Mark kembali memeluk-ku, "with me."

Aku menghela nafas sembari membalas pelukan Mark. Sudah ku duga, Mark akan menjawab seperti itu. Always.

Mark tidak akan pernah menjawab apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Dan itu sebenarnya juga membuatku takut. Takut kalau Mark menyembunyikan sesuatu yang seharusnya aku tahu tentangnya.

©chocorated

Sekarang aku sudah berada ditaman bersama Mark yang masih menggenggam jemariku. Sedangkan tangan yang satunya digunakan untuk memegang cone ice cream miliknya.

"Cla" panggil Mark.

"Hm?" Balasku sambil terus memakan chocolate ice cream milik ku.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Mark lalu kembali meneruskan memakan ice cream.

Aku berhenti memakan es krimku yang sebenarnya sudah tinggal setengah, lalu melirik jam tangan.

"Udah waktu makan siang ya?"

Mark mengangguk sambil menatapku, "Mau makan dimana?" Tanya-nya.

Aku kembali memakan es krim sembil memikirkan tempat makan siang yang pas.

Ah ya.

Aku jadi ingat kafe dekat apartemenku. Kalau di pikir-pikir, aku sudah lama tidak kesana.

"Kafe?"

Mark langsung mengangguk mengerti karena kafe yang paling sering kita datangi hanya disana. Aku tersenyum pada Mark, lalu kembali fokus kepada es krim coklatku.

"Cla sini deh." Mark menarik daguku agar menoleh ke arahnya lagi.

Cup

Mark tiba-tiba mencium bibirku dan matanya menatap tepat dimataku yang masih terbelalak-kaget. Aku bisa merasakan Mark tersenyum dengan bibirnya yang masih menempel dibibirku.

Tidak setelah itu aku merasakan Mark melumat lembut bibirku dan aku segera menutup mataku, membiarkan Mark melumat bibirku. Sedetik sebelum aku membalas melumat bibir Mark, Mark malah menyudahi aktifitasnya seraya tersenyum.

"Manis..." Ujar Mark sambil tersenyum simpul.

"What-"

"Your lips," Mark kemudian terkekeh, "makanya kalau makan es krim jangan kaya anak kecil,belepotan."





















Tbc

Terimakasih udah vote dan comment ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terimakasih udah vote dan comment ❤️

Btw, jangan lupa mampir ke "Hanya Rindu"

Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang