9. HOME 1/2

2.6K 377 19
                                    

Bagian Sembilan:Home

Kenapa aku harus cari rumah yang mewah untuk pulang? Sementara aku sudah menemukan rumah sederhana yang nyaman untuk aku kembali―kamu

🖤

Hujan.

Aku suka hujan. Nggak tahu kenapa kalau dengar suara hujan aku merasa damai dan tenang. Terlebih lagi jika Mark ada disampingku dan menggenggam tanganku―seperti sekarang.

Aku bersama Mark kini sedang duduk dikursi balkon apartemenku,menatap rintikan air hujan yang jatuh mengguyur kota ini. Mark menyentuh kepalaku seraya membiarkan kepalaku bersandar dibahunya.

"Love you,Cla" ujar Mark,nyaris seperti berbisik.

"Love you more,Mark"

Mark mengeratkan genggamannya sambil mengelus-elus punggung tanganku. Sepulang dari kampus tadi,Mark lebih banyak diam. Entah apa yang sedang ia fikirkan. Aku pun enggan bertanya. Karena biasanya jika Mark ingin bercerita,pasti ia akan langsung cerita.

Kalau kalian berfikir aku enggan bertanya karena takut dengan sifat temperamental Mark,kalian salah. Hanya saja aku tidak mau keliatan memaksa dimata Mark.

"Cla―"

"Iya?"

"Hari ini kamu jadi berangkat ke rumah orangtuamu?" Tanya Mark sambil (masih) mengelus-elus punggung tanganku.

Aku mengangguk."Jadi,Sayang" aku menjauhkan kepalaku dari bahu Mark. "Cuma tiga hari kok"

Mark menatapku. Astaga aku baru sadar Mark terlihat kurus dibandingkan tiga bulan yang lalu.

"Aku antar ya?" tangan Mark kini berpindah ke area pipiku.Hangat.

Awalnya aku memang berniat berangkat dengan sopir yang sudah disuruh papa untuk menjemputku karena papa juga tidak enak minta Mark untuk mengantarku kerumah―lumayan jauh. Dan aku juga merasa tidak enak dengan Mark mengantarku ke―

"Cla?"

"Ha-i-iya?" ujarku gelagapan.

"Aku antar ya?"Tanya Mark sekali lagi dengan matanya yang menatap mataku.

"Kamu nggak capek?aku nggak enak sama ka―"

Mark berdecak lalu menghela nafas.

"Kamu nggak enak kenapa? Aku ini bukan orang asing lagi Cla"ujar Mark seraya mencubit pipiku. "Aku antar ya?" Tanya Mark lagi.

Aku tersenyum lalu mengangguk. "Tapi jangan pakai acara cubit pipi aku juga. Kalau melar gimana?" balasku sambil mengusap-usap pipiku bekas cubitan Mark tadi. Tidak sakit sih tapi ya siapa juga yang suka kalau pipinya dicubit gitu? Kalau beneran melar gimana? Ga lucu.

"Loh―biarin melar. Toh cantik dan jeleknya kamu juga untuk aku" ujar Mark santai dan kembali mencubit pipiku.

"Mark!" aku memukul tangan Mark yang mencubit pipiku. Bukannya kesakitan Mark malah tertawa lalu memelukku.

"Uuuu―sakit ya sayangnya aku?"Mark mengelus-elus puncak kepala aku. "Yahabis gimana dong? Kamunya gemesin"

"Gemesin darimana coba?" tanyaku sebal.

"Ada deh" Mark mengeratkan pelukkannya."Cuma orang ganteng yang tau"

Idih.maksudnya apa?

"Emang kamu ganteng?" tanyaku dengan nada ilfeel seraya membalas pelukkannya ketika angin berhembus menerpa kulit aku,dingin.

"Iyalah. Fans aku banyak"

Hell...sejak kapan Mark Eisig kepedean gini?

"Iyadeh,Mark-nya aku punya banyak fans"ujarku dengan nada sarkas.

Lagian fansnya siapa sih? Emang dia artis? Oh astaga aku tidak bisa membayangkan kalau Mark Eisig adalah artis. Apa kabar dengan fansnya nanti? Rela dimarah-marahin ?

Tunggu, kenapa Mark tiba-tiba menjadi manis begini?

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang