3. Spaghetti

3.1K 506 42
                                    

Bagian tiga : Spaghetti

"No man is lonely eating spaghetti; it requires so much attention." - Christopher Morley

#jadilaper

#jadilaper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤

Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku sesayang dan secinta ini sama Mark. Aku juga nggak mengerti dengan diriku sendiri, disatu sisi logikaku ingin meninggalkan Mark,namun disisi lain─ hatiku menahan untuk tetap disisi Mark.

Kalau kalian jadi aku, kalian akan pergi atau tetap bertahan dengan Mark Eisig yang tempramental ini?

"Claretta..."

"Iya,Mark. Aku disini" balasku sambil mengelus-elus kembali punggung Mark. semenjak Mark datang ke kamarku sambil menangis -tadi malam, Mark tidak membolehkan aku untuk pergi kemana pun.

Bahkan Mark tidak mau kembali ke kamarnya lagi. Mark memilih tidur bersamaku─walaupun aku merasa risih karena ini untuk pertama kalinya aku tidur berdua bersama Mark.

Mark tidur sambil memelukku- hingga pagi. Dan tadi, Mark memanggil namaku sementara matanya masih terpejam. Mata Mark juga masih sembab -efek menangis tadi malam. Hmm,bayi besarku.

"Kamu ada kuliah?" tanya Mark dengan suara suara seraknya.

"Iya, aku hari ini masuk siang" jawabku.

"Aku nggak mau kamu kuliah, kamu titip absen saja sama temanmu" Mark kembali memelukku erat.

"Kenapa,Mark? kamu emangnya hari ini nggak kuliah?"

Mark mengangguk,"Tapi aku tidak ingin masuk hari ini. aku nggak mau jauh-jauh dari kamu"

🖤

"Mark, aku mau masak. Lepas dulu"

Mark menggeleng, dia malah mengeratkan pelukkannya -backhug.

"Yaudah, aku nggak jadi masak spaghetti nih" ujarku seraya menaruh kembali pisau ke tempatnya.

Fyi, aku benar-benar nggak masuk kuliah hari ini. Ini semua karena wajah menyedihkan Mark, aku memutuskan titip absen sama temen.

Mark mendengus. Lalu melepaskan pelukkannya, ia membalikkan tubuhku - agar menghadap padanya. Mark menatapku sinis. Apa lagi sekarang? Dia mau memarahiku?

"Sudah nggak mau aku peluk lagi?" tanya Mark datar.

Aku menatap Mark sambil tersenyum tipis. Aku harus berhati-hati sekarang, aku nggak boleh bikin Mark marah.

"Bukan gitu,Sayang. Kalau kamu meluk aku terus, aku nggak bisa masak. Katanya kamu mau spaghetti"

Mark memejamkan matanya seraya mengurut-urut pelipisnya. Keliatan sekali dia lagi ngontrol emosinya.

Mark kembali membuka matanya, lalu tersenyum kepada ku sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Ya udah, aku tunggu di meja makan aja ya?"

Aku mengangguk. Mark mengecup keningku, setelah itu ia beranjak pergi menuju meja makan.

Hhh, bayi besarku.

Tanpa nunggu lama-lama lagi, aku segera memotong bahan-bahan lalu memasaknya. Memasak spaghetti kesukaan Mark bukan suatu hal yang sulit bagiku - karena udah terbiasa hehe.

Selama aku memasak, Mark menatapku dari meja makan. Sebenarnya itu cukup buat aku salah tingkah. Aku sebenarnya ingin melarang mark untuk tidak melihatku seperti itu, tapi jika aku melarangnya, aku khawatir Mark marah.

Kalian tahu sendiri bukan gimana Mark kalau sudah marah? :)

"Mark, i'm finish" ujarku setelah selesai.

"Hm?" Mark berjalan mendekatiku dan kembali memelukku dari belakang. Mark menjadikan bahuku sebagai penopang kepalanya.

Aku menoleh kearah Mark dan mendapati dia sedang memejamkan matanya sambil tersenyum.

"Mark, makan dulu... Nanti aja peluk-peluknya"

Mark membuka matanya, lalu menatapku sambil cemberut. "Iya..." Mark akhirnya melepaskan pelukkannya dariku, lalu membantuku membawa pasta ke meja makan.

Aku dan Mark duduk saling berhadapan - seperti biasa. Mark kali ini tidak banyak bicara, ia seolah-olah hanya fokus pada makanannya. Mark tidak menatapku sama sekali. Sembab yang dimatanya udah mulai menghilang -namun masih tetap terlihat.

"Cla..." panggil Mark pada akhirnya disela-sela makan.

Aku menatap Mark dan buru-buru menelan makanan yang masih ada didalam mulutku - untuk nggak keselek.

"Kenapa,Mark?" tanyaku.

Mark meraih tangan kiriku, lalu mengusap benda yang melingkar dijari manisku -cincin tunangan.

"Kamu nggak bosan sama aku ,Claretta?" tanya Mark -dia tidak menatapku, melainkan pada cincin yang ada dijari manisku.

"Nggak. Kenapa? Kamu ngerasa gitu?"

Mark menggeleng. Lalu kenapa Mark?

"Aku takut kamu nggak kuat sama aku. Aku takut kamu meninggalkanku" Mark sekarang menatapku sendu. Matanya kembali berkaca-kaca.

"Nggak, Mark. I'll never leave you"

Mark tersenyum tipis kapadaku, ia masih mengelus-elus cincin tunangan kami yang melingkar dijari manisku.

"So, what if we just married?"

"So, what if we just married?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


WHAT ?!






PLEASE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLEASE ... JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT . SATU VOTE SANGAT BERARTI BUAT AKU, JANGAN JADI SIDER ╥﹏╥

Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang