23. Orang Gila?

1.6K 251 42
                                    






















































"Ikut aku!"

Mark menarik paksa tangan Claretta ketika sudah sampai di basement apartement milik Mark. Claretta benar-benar tidak mengerti lagi dengan Mark. Ia pikir ketika Mark mengajak pulang, Mark akan meminta maaf disepanjang perjalanan dan ketika sampai di apartemen mereka akan berbaikan. Tapi sepertinya itu akan hanya menjadi khayalan belaka Claretta.

Nyatanya Mark sekarang seperti ini. Claretta berusaha tidak memekik kesakitan disepanjang lobby apartemen yang dilewatinya dan juga didalam lift, kebetulan ada orang lain dan sepertinya juga menuju lantai yang sama dengan mereka. Setelah sampai di apartemen, Mark menyeret Claretta menuju kamarnya dan mendorong gadis itu ke Kasur.

Sedangkan Mark kini berdiri seraya berkacak pinggang dengan sorot mata yang garang menatap Claretta. Claretta menelan paksa salivanya dan mencoba mengusir rasa takut menggerayangi dirinya. Mark bukan monster yang harus ditakuti, Mark bukan monster.

"Mark..." Panggil Claretta lirih, "Kamu nggak harus kayak gini,kita bisa bicarain ini dengan ba--"

"Nggak!"bentak Mark.

"Mark," air mata Claretta mengalir begitu saja,sial. " Aku sama Lucas nggak seperti yang ada di pikiran kamu" Claretta terisak. Namun bergegas menghapus air matanya sendiri. Mark nggak suka lihat aku nangis.

"Lucas! Lucas! Lucas!" Mark mengacak rambutnya, lalu kembali menatap tajam Claretta. Wajah cowok itu kini memerah karena emosi. "Kenapa sih kamu nggak bisa jauh dari Lucas,hah?!"

Claretta memilih menunduk dan tidak berani menatap Mark yang sekarang. Air matanya kembali mengalir.

"Kamu cinta sama dia,hah?!" bentak Mark kembali.

"Mark! Aku udah bilang kan? Aku sama Lucas nggak seperti yang kami pikirin Please, trust me..."

Prang!

Claretta menutup telinga dan matanya seraya memekik. Mark baru saja meninju cermin meja rias.

"Bohong!" Mark menatap Claretta dari pantulan sisa cermin yang masih melekat di dinding, "Kamu pikir aku nggak tahu kalau waktu Lucas ke rumah orangtuamu waktu itu,hah?"

Claretta kembali membuka matanya lalu menatap Mark yang kini sudah memunggunginya. Bagaimana Mark bisa tahu?

Mark tersenyum sarkas, lalu terkekeh. "Aku tahu,Cla."

Mark menggelengkan kepala dan mengingat kejadian ketika ia kembali menuju ke rumah orangtua Claretta hendak menemui tunangannya setelah selesai konsul dengan Jeffrey. Mark pikir bertemu kembali dengan Claretta tidak ada salahnya dan mungkin akan mengobati rasa takutnya jika kesehatan mentalnya tidak kunjung membaik.

Tapi, kenyataannya berbeda dari yang diharapkan. Mark tahu benar mobil siapa yang terparkir dihalaman rumah tunangannya. Mobil Lucas.

"Mark, aku bisa jelasin. Ini nggak seperti yang kamu,"

"Nggak seperti aku pikirkan?!" Mark memotong ucapan Claretta. "Memangnya yang aku pikirin apa,hah?"

Claretta menggeleng dan menghapus air matanya. Ayolah, Claretta tidak suka situasi seperti ini. Ia ingin menjelaskan semuanya, namun mulutnya malahan tidak bergerak dan bahkan mengeluarkan suara rasanya susah karena tangis dan isakan sialan ini.

Mark menunduk dan menatap punggung tangannya yang sudah terluka akibat perbuatannya sendiri. Darah segar mengalir dari sana.

Haha. Bahkan ini sama sekali tidak terasa sakit lagi bagi Mark. Jauh lebih sakit ketika melihat tunangannya Bersama cowok lain, terlebih lagi itu adalah Lucas.

Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang