10. HOME (2/2)

2.7K 399 15
                                    

Bagian sepuluh: Home (2)

"House + Love = Home"

-Hi!-

"Sudah semuanya?"

Aku mengangguk seraya menutup pintu mobil setelah membiarkan Mark mengangkut koperku kedalam mobil. Sebenarnya tidak banyak baju yang kubawa hanya saja cuma koper besar yang ada diapartementku saat ini.

Pasalnya tas yang ukurannya lebih kecil disbanding koperku saat ini berada di apartement Mark. Dan tentu saja aku enggan mengambil karena penyakit kronisku,malas.

"Cla"

Aku mengalihkan pandanganku dari layar ponsel kepada Mark.Mata Mark bergantian menatap aku dengan ponselku. Mark menghela nafas.

"Lagi chat sama siapa sih ?" Tanya Mark dengan nada curiga.

"Ha? Oh-lagi liat timeline akun sns aja kok" jawab aku gelagapan karena mark tiba-tiba bertanya seperti itu.

Mark menatap tajam aku cukup lama. Oh ayolah aku sungguh hanya membuka timeline sns. Bukan chat sama cowok lain atau siapa pun.

"Kebiasaan" decih Mark seraya perlahan mendekat kearahku.Okay aku mengerti. Mark ingin memastikannya sendiri―ia ingin memeriksa ponselku dan membuktikannya sendiri kalau aku tidak chat dengan siapa pun.

Hal ini sudah biasa bagiku. Selain Mark mudah marah,Mark sepertinya juga agak pose―

"Kalau di mobil sabuk pengamannya jangan sampai lupa" Mark mencubit pipiku kemudian tangannya meraih sabuk pengaman yang persis disamping. "Gimana maupergi sendiri kalau hal kecil gini aja kamu lupa?" Tanya mark setelah membantuku memasang sabuk pengaman.

Aku tersenyum kikuk dan mengalihkan pandangan dari wajah Mark yang kurang lebih dua puluh sentimeter dari hadapanku.

Ada rasa penyesalan karena berfikir mark seolah-olah mark tidak percaya sama sekali dengan ucapanku.

"Lupa,maaf" ujarku pada akhirnya. Mark tersenyum lalu mengusap kepalaku lalu juga memasang sabuk pengaman miliknya. Tak lama setelah itu Mark mulai menghidupkan mesin mobil.

Sejauh ini aku dan mark hanya diam. Tidak ada yang berniat untuk membuka percakapan. Aku menoleh kea rah Mark, pandangannya focus pada jalanan Seoul yang nyaris setiap hari ramai.

Mark.

Pandanganku berpindah kejemari Mark. Ada beberapa bekas luka disana. Dan itu semua karena kesalahanku. Aku yang membuat Mark emosi sehingga ia memukul apa saja yang ada didekatnya.

Oh tunggu tunggu. Mark tidak pernah memukulku. Setiap Mark marah, biasanya ia mengurungku atau setidaknya Mark menjauhiku. Makanya aku khawatir kalau Mark kambuh.

"Iya tau kok,aku ganteng" ujar Mark tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"S-siapa juga yang lihatin kamu" balasku gagap. Sial. Kenapa aku jadi autogagap gini?

"Loh aku nggak pernah bilang gitu ya" Mark tersenyum seraya melirik aku.

What the...

Aku memukul tangan Mark setelah berhasil mencerna kata-kata Mark tadi. Cowok itu malah tertawa.

"Emang benarkan aku nggak bilang gitu?" Tanya Mark lagi.

"Udah ah. Capek" balasku malas.

Baiklah. Aku pastikan wajahkusudah seperti kepiting rebus―merah. Dan itu semua karena kekonyolan aku sendiri. Ah,tidak. Kekonyolan Mark juga campur tangan dalam hal ini.

"Ciee... terciduk ni yeee" lagi-lagi Mark mengejek aku.

"Mark!" pekikku seraya mencubit lengan Mark.

Mark tertawa lagi sambil mengaduh-aduh . "HAHAHA...Udah dong,Cla...HAHAHA...Ampun... Sakit nih..."

"Biarin." Aku melepaskan cubitan dan memalingkan wajahkudari Mark.

Mark nggak boleh lihat wajahku yang semakin merah. Bias-bisa dia mengejekku lagi. Huft.

-HI!-

"Sayang...Bangun..."

Mataku perlahan terbuka dan mendapati wajah Mark tepat didepan wajahku sedangkan jemarinya mengelus pipiku.

"Bangun... liat tuh sampai ileran"

Aku reflek mengusap area mulut. Nggak ada apa-apa. "Kebiasaan bohong" decakku.

Mark tersenyum seraya mencubit pipiku gemas. "Kok aku makin gemas sih" ujarnya.

Aku mendorong wajah Mark agar sedikit menjauh. Kasihan dengan jantungku yang tiga kalilebih cepat berdetak kalau wajah Mark sedekat itu. Aku nggak mau punya riwayat sakit jantung hanya karena keseringan lihat wajah Mark.

Mark terkekeh. Lalu kembali mengusap kepalaku dan merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

"Nah baru tambah cantik" ujar Mark setelah selesai urusannya dengan rambutku. Mark kembali tersenyum padaku dan mengajak turun dari mobil.

By the way,Mark lebih tersenyum hari ini disbanding hari biasanya. Syukurlah,suasana hati Mark sedang baik sekarang. Dan itu mengingatkanku dengan Mark Eisig dibangku SMA.

"Loh udah sampai ya?" tanyaku tak percaya. Astaga kenapa aku baru sadar kalau aku sudah sampai dirumah orang tuaku?

Mark berdecak. "Terus kamu kira kita dimana,Sayang? Di altar?"

Aku mendengus dan memilih mengajakMark menuju pintu masuk rumah yang masih tertutup. Aku nggak mau mati kedinginan diluar ini bersama Mark.

Bunyi khas bel rumah orang tuaku mulai terdengar ketika Mark memencetnya. Tidak butuh waktu lama, pintu rumah orangtuaku terbuka lebar.

Dan aku mendapati Papa tersenyum menyambut kedatanganku dengan Mark. Okay. Honestly,aku juga merindukan rumah dimana aku dibesarkan dari kecil.

-chocorated (tbc)

-chocorated (tbc)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awal Tahun Banyakin Senyum"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awal Tahun Banyakin Senyum"

Happy new Yeaarrrr

Sickness | NCT MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang