10. Kepergian jadi kebencian

57.8K 3.5K 260
                                    

Sebelum baca, ada baiknya follow wattpad Holi dulu, biar ada notifikasi masuk. holipehh28

Absen Hadir disini ➡️

Baca sambil ngapain? ➡️

Note: kalau yang lupa alur, baca dulu bab sebelumnya yaa, biar langsung konek hhee

Vote sebelum baca, tinggalin jejak dengan komentar yaa:)

****

Dibawah rintikan air hujan, Qilla duduk sembari memeluk nisan laki-laki yang sangat ia cintai sedari dulu, ia menangis tanpa henti, ia tidak menyangka jika Rafto pergi begitu cepat.

Rip Rafatar Hartanto.

Ya, Akibat peluru yang menembus bagian kepalanya menyebabkan kerusakan pada otak, tempurung kepala, tulang belakang, mata, serta pembuluh darah utama yang terletak di kepala, Sehingga membuat Rafto tidak bisa tertolong.

"Qil, ayo pulang." Ajak Husain, ia takut jika istrinya jadi sakit karena hujan yang terus menderas membasahi tubuhnya.

Di tempat pemakaman Rafto, memang yang tersisa tinggal Husain, Qilla dan Juga Bargas.

Jari jemari husain menyentuh pundak Qilla dengan Lembut, namun dihempas dengan kasar oleh Qilla.

Qilla menatap tajam Husain. "Jangan sentuh gue! Gara-gara lo mimpi gue ancur, gara-gara lo Rafto meninggal, kenapa lo harus hadir dihidup gue sih?"

"Qil, demi Allah bukan saya--"

"Cape gue berurusan sama makhluk astral purba kayak lo! Bisa nggak sih lo yang mati? Bisa lo pergi dari hidup gue? Gue muak sama masalah yang lo kasih sama gue!"

Bargas mendekat, ia membuka kemeja hitam yang ia pakai, lalu menaruhnya di atas kepala Qilla. "Gue anterin lo pulang ya?"

Qilla mengangguk pelan.

"Gue ijin anterin istri lo balik, gapapa?" Tanya Bargas.

"Qilla pulang sama saya," ujar Husain dengan tegas.

"Ga, gue gamau pulang sama lo!" Ketus Qilla, wajahnya melirik Bargas sekilas. "Lagian seharusnya lo juga gausah minta ijin sama dia, Gas! AYO!" Qilla menarik tangan Bargas.

Husain memegang tangan Qilla. "Qil, pulang sama saya, ya?"

Qilla menepis tangan Husain. "Lepasin!"

Dengan keterpaksaan Husain akhirnya melepas tangan Qilla, bukannya ia membiarkan Qilla pergi bersama Bargas, tetapi ia tidak ingin membuat keadaan semakin memburuk, apalagi emosi Qilla yang masih meluap-luap.

Husain menatap Langkah kaki istrinya yang pergi bersama Bargas, mantan kekasihnya Qilla itu yang katanya sudah pacaran tiga tahun lamanya.

Setelah Qilla dan juga Bargas menghilang dari pandangannya, pandangannya teralihkan pada gundukan tanah yang berada dihadapannya.

"Insyaallah saya akan mencari kebenaran tentang kematian kamu," Gumam Husain dalam hati.

****

"Kamu masih suka minum pop ice rasa pisang keju?" Tanya Bargas memulai pembicaraan.

Ya, karena sedari tadi keduanya hening, Qilla terus saja menangis walaupun tanpa suara.

"Iya." Jawab Qilla.

Bargas terkekeh pelan. "Aku kangen masa-masa SMA kita Qil, gak nyangka aku tiga tahun pacaran sama kamu,  ngabisin waktu sama kamu, kita juga pernah bolos sekolah bareng ya, Qil. Inget ga?"

Hushaqilla (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang