33. Tak ingin usai

28.2K 1.9K 586
                                    

Sebelum baca, ada baiknya follow wattpad Holi dulu, biar ada notifikasi masuk. holipehh28

Absen dulu? ➡️

Baca sambil ngapain? ➡️️

Kalian tau nggak, dengan kalian vote dan komentar itu bikin Holi semangat buat lanjutin cerita ini:)

1k + 1k komentar
untuk double up! Bisa?

🐣 HAPPY READING 🐣

****

"Qil, lo cantik banget ngampus pake hijab," Ujar Adis.

Ya, saat ini Qilla memang sudah mulai menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tertutup, ia banyak belajar dari masalah-masalah yang kemaren telah menimpa hidupnya, ia hanya ingin lebih dekat dengan Tuhan, ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik.

Saat ini juga Qilla sudah mulai kembali kuliah dengan normal, walaupun posisinya lagi mengandung, ia akan menunda kuliahnya ketika kandungannya memasuki enam bulan.

Dikarenakan usia kandungannya baru beberapa minggu, Qilla putuskan untuk melanjutkan kuliah terlebih dahulu. Walaupun sebenernya bukan itu alasan utamanya.

Sebenarnya Qilla hanya ingin menangkan pikirannya, ia kalau diam di rumah terus selalu kepikiran akan Husain, kepalanya semakin sakit ketika rasa sayang, rindu dan benci dijadikan menjadi dalam satu emosi yang Qilla sendiri tidak bisa melupakan nya, jadi ia memilih untuk kuliah.

Dini yang baru datang merangkaul Qilla. "Qil, kok lo ngga ngabarin gue mau masuk?"

Qilla tertawa. "Emang, kalau gue mau ngapa-ngapain harus ngehubungin kalian?"

Dini dan Adis mengangguk bersamaan. "Ya, iyalah kita kan sahabat-sahabat lo!"

"Iya, iya, maaf deh." Ujar Qilla sembari terkekeh pelan.

Saat ketiganya saling mengobrol, Tiba-tiba ada panggilan masuk dari Bargas, namun bukan ke ponselnya Qilla, melainkan ke ponselnya Dini.

Drttt

Drttt

Drttt

Dini menatap Adis dan Qilla, ia meneduhkan layar ponselnya yang tertera nama Bargas pada mereka berdua, Qilla dan Adis mengangguk pelan, pertanda jika mereka memberi saran agar Dini mengangkat panggilan suara dari Bargas tersebut.

"Hallo, iya, gas, kenapa?" Dini bertanya.

"Ada yang mau gue omongin sama Qilla, lo lagi sama Qilla nggak?" Bargas bertanya balik.

Deg!

Dini mencoba mengatur nafasnya, bagaimana bisa Dini melupakan Bargas jika Bargas terus menghubunginya hanya untuk menanyakan semua tentang Qilla padanya.

Jujur saja, hati Dini masih terasa sakit melihat Bargas yang sampai saat ini masih mengejar Qilla, walaupun Dini juga berusaha untuk fokus melupakan perasaannya pada Bargas.

"Din, hallo--" Ujar Bargas, karena mungkin Bargas tidak mendapati Dini menjawab pertanyaannya.

"Ada, lo mau ngomong sama Qilla?" Tanya Dini.

"Ngga, gue cuma mau nitip aja sama lo, tolong bilangin sama Qilla, suruh ke rumah sakit Malinia, ada yang mau gue omongin."

"Kenapa harus ke Rumah sakit? Kenapa ngga lo aja nyamperin Qilla?"

Hushaqilla (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang