23. Pulangnya Ke rumah, ya?

38.6K 2.5K 1K
                                    

Sebelum baca, ada baiknya follow wattpad Holi dulu, biar ada notifikasi masuk. holipehh28

Absen dulu? ➡️

Baca sambil ngapain? ➡️️

Kalian tau nggak, dengan kalian vote dan komentar itu bikin Holi semangat buat lanjutin cerita ini:)

1k + 1k komentar
untuk double up! Bisa?

-HAPPY READING-

****

"Cen, lo kenapa nemenin gue ke makamnya Rafto? Lo nggak sakit hati?" Tanya Qilla pada Husain, setelah mereka selesai membacakan doa untuk Almarhum Rafto.

Ya, Husain dan Qilla saat ini berada di tempat pemakamannya Rafto, dengan hati yang ikhlas Husain memang sengaja mengajak Qilla untuk berziarah ke makamnya Rafto.

"Lo nggak cemburu?" Tanya Qilla sekali lagi, tatapannya tak pernah lepas dari sorot mata Husain.

Husain mengangguk.

"Kok lo ngangguk, lo beneran sakit hati?" Tanya Qilla pada Husain.

Husain tersenyum tipis. "Yuk pulang, udah sore."

Di sepanjang jalan menutup tempat parkir, Husain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Qilla, bahkan seakan ia tidak pernah mau melepaskannya.

"Lo sayang banget ya cen sama gue?" Tanya Qilla.

Pertamanya Qilla membuat Husain menghentikan langkah kakinya, wajahnya menghadap Qilla sembari tersenyum tipis.

Cup!

Husain mencium telapak tangan Qilla. "Ada kata selain banget, nggak?"

Qilla mencubit pinggang Husain. "Gombalnya nggak lucu."

"Tapi, bikin kamu salah tingkah kan?" Husain terkekeh pelan sembari mencubit pelan sebalah pipi kanan Qilla.

Baru saja Qilla mau mengumpat kata-kata kasar tiba-tiba suara ponsel Husain berdering.

Dreeet!

Dreeet!

Dreeet!

"Dari siapa?" Tanya Qilla.

"Bukan dari siapa-siapa," Kata Husain dengan wajah yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Lo nggak boongin gue, kan?" Tanya Qilla, matanya menatap kedua mata teduh Husain.

Husain tersenyum, ia semakin mempererat genggaman tangannya pada Qilla. "InsyaAllah saya akan selalu jujur sama istri saya."

"Kalau gue bilang, gue sayang sama lo, kepala lo bakalan besar nggak?" Qilla memeluk Husain dari samping.

"Kapala saya emang besar Qilla, kalau kecil serem." Husain terkekeh pelan.

"Ish, gue lagi serius manusia purba!" Qilla mengerutkan bibirnya.

"Kan, saya juga serius sama kamu, buktinya kamu jadi istri saya kan, sekarang?"

Qilla melepaskan genggaman tangannya Husain, ia melangkah berjalan lebih dahulu. "Udah ah, gue mau pulang!"

Husain tertawa pelan, sembari menggelengkan kepalanga, seraya berlari kecil menyusul Qilla.

"Pulangnya kan sama saya." Setelah berhasil menyusul Qilla, dengan singgap Husain merangkul Qilla.

Hushaqilla (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang