Joe Anggarsha Dixon

191 25 0
                                    

Kafka menoleh menatap pemuda yang duduk dibelakangnya. guru sedang menerangkan didepan dan menulis dipapan.

"ITU YANG DIBELAKANG KENAPA TIDUR?" Kafka langsung menoleh kedepan

"kasian ni anak pasti kena hukuman" batin Kafka, saat melihat guru berjalan kearah belakang.

"aw aw aw, bu. kok gue dijewer si?" kata pemuda yang duduk di bangku yang berada dibelakang sebelah kanan Kafka. Kafka menoleh, ia sedikit terkejut, kenapa guru ini ngak marahin anak dibelakangnya?

"kamu ini. mau jadi apa kamu Daniel? haduhhh ibu cape liat kamu tidur terus dikelas. sekarang keluar dari pelajaran ibu selama 2 pertemuan. ibu gamau liat kamu sebelum kamu memperbaiki diri" anak yang dipanggil Daniel itu mendengus dan beranjak dari duduknya

duk

"awsh. sorry, gue sengaja" Daniel menabrak meja yang dijadiin tempat oleh seseorang yang menengkulupkan kepalanya dilipatan tangan

orang itu mendongak bersamaan dengan Kafka yang menoleh kebelakang, ia sedikit terkejut karena laki-laki itu adalah Joe, iya, Joe yang dikantin tadi. tatapan mereka terhenti sesaat dan Joe memilih untuk menatap laki-laki yang sedang senyum meremehkan dengan ekspresi yang pengen ditonjok

"Astaga! Daniel, keluar sekarang! kamu itu suka sekali bikin masalah" teriak sang guru, Daniel menunjukkan cenggiranya dengan tangan yang membentuk angka 2, lalu berlari keluar kelas.

"udah udah. sekarang kembali fokus" guru itu kembali berjalan kearah depan dan memulai pembelajaran yang tertunda beberapa waktu tadi.

Kafka menoleh menatap Joe yang menatap kedepan.

Joe mengetahui jika Kafka menatapnya pun menatap balik, ia menaikan alisnya. Kafka tersenyum, langsung menatap kedepan. Joe hanya menggelengkan kepalanya

Boy's

rooftop/

Aylen
/tumben banget, Jo?

Bara
/otw

reply Aylen
/bosen

Joe berdiri membuat sang guru menatapnya.

"Joe mau kemana?" tanya sang guru saat Joe sudah diambang pintu, Joe menoleh dan menatap guru itu

"kenapa?" tanyanya datar, sang guru hanya menggeleng. Joe menatap Kafka yang sedang menatapnya. hanya beberapa detik setelah itu Joe kembali melangkah

Kafka menatap Joe dari jendela. hingga ia harus melihat pemandangan saat Joe mengusap rambut dari salah satu pemuda yang berada dikantin, Aylen. dengan cepat Kafka kembali menatap papan.

udah hampir setengah jam Kafka tidak melihat kehadiran Joe.

guru yang mengajar udah keluar untuk digantikan pelajaran berikutnya.

"WOY WOY WOY. BU ENDAH LAGI ADA ACARA KELUARGANYA. KITA JAMKOS" teriak salah satu siswi. semua murid berteriak senang. Kafka menatap gadis yang duduk didepannya, Talia.

"lu ga heran gitu, kenapa gurunya ngak marahin Joe?" tanya Talia

"heran si heran, tapi bisa jadi karena Joe ganteng tu guru gamau ngehukum dia" jawab Kafka sambil membenarkan letak bandana Talia yang sedikit miring

"salah. bukan itu jawabannya. jawaban yang bener tu, kalau gurunya berani ngehukum Joe, sama aja kaya bunuh diri" Kafka mengangkat satu alisnya

"kenapa gitu?"

"lu tau kan, kalau sekolah ini dibangun oleh keluarga Dixon? nah yang bangun sekolah ini itu kakeknya Joe, hadiah buat ulangtahun ke-5 Joe. jadi gausah heran kalau Joe ga bakal kena masalah disini, toh ini sekolah miliknya. Joe Anggarsha Dixon. siapa si yang ngak kenal dia? laki-laki tampan, yang dikejar-kejar oleh adkel bahkan kakel. seangkatan juga banyak. masuk geng cowo most wanted sekolah yang terdiri dari 6 cogan" jelas Talia dengan antusias

"oh, yang isinya ada, Bara, Aylen, Deo, Angga sama satu lagi siapa? emm, Arsa? eh Arva, iya Arva" Talia terkekeh

"iya, dan gue kadang iri sama Alen"

"kenapa?" tanya Kafka

"dia termuda diantara mereka, dan dia diperlakuin beda. ya kaya, dijadiin princess gitu"

"prince kali, li. masa iya cowo jadi princess" ucap Kafka tertawa

"terserah dah." Kafka mencubit pipi Talia saat Talia mengembungkan pipinya

mereka terus bercerita hingga jam pelajaran selesai. jamkos tadi itu jam terakhir. dan sekarang para murid bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masing.

....

Kafka berjalan kearah keluar sekolah, ia tadi memesan taxi online karena motornya belum dianter oleh sang papa tercinta, siapa lagi kalau bukan bapak Marchelio Prananta.

Kafka duduk dihalte depan sekolah. entah kenapa, langit tiba-tiba berubah gelap. padahal tadi cerah, secerah hape emak.

dan beberapa saat kemudian mulai turun rintik hujan. halte menjadi sepi ketika banyak murid yang naik ke bus sekolah. Kafka tidak bisa naik bus, apalagi harus berdesak-desakan, dan dia juga tidak tau harus turun dimana. dia masih baru dilingkungan sini, dan untung saja dia hafal jalan menuju ke apartemennya.

seorang gadis meneduh dihalte, dan kini tersisa Kafka dan gadis itu. gadis dengan rok mini, padahal itu seragam sekolah disekolah MANDALA.

dan... apa-apaan itu, make up nya terlalu tebal, dengan rambut yang digerai. dia ingin sekolah, apa ingin fashion. bisa dibilang lebih baik Talia dari pada cewe ini.

saat pikiran Kafka terus-menerus mencelotehi cewe itu. pandangannya tertuju kearah motor yang berhenti didepan halte. Laki-laki itu berjalan kearah cewe.

"Arva ayo, dingin" Kafka menatap laki-laki yang sangat amat ia kenali, Arva. Arva memberi jaketnya kepada gadis itu dan memakaikan mantel untuk gadis itu. Arva membawa gadis itu kearah motornya, saat Arva dan gadis itu sudah duduk diboncengan, Arva melirik Kafka yang menatapnya. hanya beberapa saat.

setelah itu Arva menyalakan motornya dan melaju. diikuti oleh 3 mobil dibelakangnya

"mas Kafka ya?" Kafka menoleh menatap sopir taxi online itu. dengan cepat Kafka mengangguk dan masuk kedalam mobil tersebut.

"lama banget pak" kata Kafka ketika sudah berada dijok belakang mobil.

"maaf mas, tadi macet ketambah ujannya deres banget." Kafka mengangguk lagi dan menyenderkan tubuhnya dan memainkan handphonenya

.....

Tbc

Who M.J? [boyslove] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang