Kafka turun dari mobil dan membayar, setelah itu ia memasuki gedung apartemen nya. ia memasuki lift dan naik kelantai 7 yang terdapat apartemennya
menekan digit angka dan Kafka langsung memasuki apartemen nya. apartemen ini tidak kecil atau besar, hanya terdapat 1 kamar tidur yang sudah ada kamar mandinya, dapur, ruang tamu sekaligus ruang keluarga.
setelah menaruh sepatu dirak sepatu, ia berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air putih dan membawanya ke kamar.
"baru sehari. gue udah kangen mama" guman Kafka, ia tengkurap dan membuka handphone nya. menelpon sang mama.
"halo sayang"
"ma, Kafka kangen tau, pengen ketemu!!" terdengar kekehan dari seberang sana membuat Kafka mendengus
"ya sudah, kamu pulang. pindah sekolah disini lagi"
"ya ga bisa gitu, mama relia cantik. aku juga baru pertama masuk, masa iya langsung keluar. kebanyakan duit banget"
"uangnya ngak bakal habis buat pindahin kamu kesekolah, dek. sehari pindah juga ngak bakal habis" bukan suara sang mama, melainkan suara dari papa nya.
"dasar pak Marchelio, sombong banget." Kafka yang mendengar suara tertawa dari sana langsung mematikan panggilannya
"punya bapak kok gini banget dah" guman Kafka dengan memperbaiki pose tidurnya menjadi lebih nyaman.
ia tertidur masih menggunakan seragamnya.
.....
jam sudah menunjukkan pukul 20.15 dan Kafka baru saja bangun dari tidurnya. ia mengambil handphone yang berada disampingnya dan membukanya
"bujet, gue tidur dari jam 4. alamat ga tidur ni malem" guman Kafka, ia kembali menaro handphonenya dan memejamkan mata
drttt drttt drttt
"agrrr. gue mau tidur ini babik" ia mencibir, walaupun begitu ia tetap mengangkat telpon itu tanpa melihat siapa yang menelpon
"apa anjir?"
"ka. jaga bicaramu"
glek
Kafka dengan susah payah menelan ludahnya. Astaga, dia menatap siapa si pemanggil'Kei'
oke, tamat sudah riwayat Kafka. yang menelpon adalah abang keduanya yang sangat amat mengerikan dari pada Rafka.
"e-eh, bang Kei. tumben nelpon? maapin Kafka ya tadi ngak sengaja ngumpat hehe. jangan bilang papa yak"
"terserah. abang sudah menemukan lokasi tempat tinggal m.j"
"really?" Kafka terlihat lebih antusias
"emm. dia tinggal di perumahan yang berada di jalan Permatasari. kalau nomor rumah, abang belum tau"
"oke-oke. besok aja habis pulsek gue keliling disana." tanpa mendapat jawaban, telpon nya dimatikan oleh sang abang. Kafka mendengus dan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri.
setelah selesai bersih-bersih, Kafka memakai celana jeans berwarna hitam, kaos putih lengan pendek sebagai dalaman dan jaket denim warna hitam nya.
setelah mengetik sesuatu dihandphone, dia segera keluar menuju basement, ia sudah dikabari Rafka bahwa motornya sudah sampai. ia menaiki motor kesayangannya. dan melajukan kesuatu tempat.
....
"woy, ka!" Kafka menoleh menatap seseorang yang memanggilnya, ia tersenyum kearah pemuda tersebut
"wahh, ada bang Satria juga" Kafka berpelukan dengan pemuda yang dipanggil Satria itu ala ala anak cowo
"kabar lu gimana, ka? bang Rafka juga gimana?" tanya pemuda lain yang duduk sambil main game dihandphonenya
"gue ya gini-gini aja. bang Rafka baik"
"terus, Kei?" Kafka menatap Satria
"masih inget aja sama bang Kei"
"ya kali dilupain. kalau gada Kei, kita gabisa jadi kek gini. ga akan ada cerita Sanrios, ya ga pren?" Kafka terkekeh mendengar jawaban dari salah satu pemuda disana
"yoi, do. Keivan tu orang paling hebat yang gue pernah kenal. ya, karena gara-gara ada satu orang yang ngak suka dia, eh sekarang udah gabisa ketemu, entah sampe kapan."
"beberapa bulan lagi bang Kei balik" celetuk Kafka membuat mereka yang berada disana menatap tidak percaya
"lha yang bener lu, ka?" tanya orang yang dipanggil 'do' tadi
"iye, do. bang Kei bakal balik kesini pas gue udah nemuin siapa m.j. dalang dibalik meninggalnya princess gue, dan perginya bang Kei" jawab Kafka yang sudah memegang sebatang rokok dan duduk disalah satu kursi yang berada disana
"gue bakal bantu lu." Kafka tersenyum menatap Satria
"thanks bang. emang bener kalau lu tu sahabat setianya bang Kei. bang Kei beruntung banget punya lu" Satria tersenyum tipis
"seharusnya gue yang terima kasih. kalau bukan karena abang lu, gue gatau mau gimana lagi, ditelantarin orang tua." Satria tertawa, menertawakan nasibnya. Kafka tersenyum lembut lalu menepuk-nepuk bahu Satria
"sekarang ada gue"
"ada lu" ucap Satria pelan, sangat pelan sambil mengangguk
....
"bang! pamit yak!" teriak Kafka berpamitan kepada teman abang ya atau temannya
"tiati, ka" teriak Aldo balik, saat Kafka udah mau melakukan motornya. Kafka mengacungkan jempolnya
sekarang sudah jam 23.45, Kafka bermain hingga lupa waktu. karena jalanan yang sepi membuat aksi kebut-kebutan dijalan oleh Kafka.
pemuda itu melanjutkan motornya seperti sedang kesetanan. menurut Kafka, kebut-kebutan kaya gini tu kesenangan tersendiri untuk nya. karena, jarang sekali dia bisa kaya gini, ortunya terlalu menjaganya
saat sedang asik bersenang-senang tiba-tiba ada seekor kucing berdiri ditengah jalan, membuat Kafka harus berbelok dan berakhir jatuh dari motor.
"buset dah tu kucing. apes banget" guman Kafka berusaha mengangkat motornya.
Kafka terkejut saat motornya sudah berdiri padahal dia tidak mendirikan nya, sebuah tangan terulur untuk membantunya. Kafka menatap uluran tangan itu hingga menatap wajah pemuda yang menggunakan masker buff.
Kafka menaikkan alisnya, ia seperti pernah lihat mata ini. pemuda ini mengetahui raut keheranan Kafka pun membuka maskernya.
"Joe?" lirih Kafka menatap pemuda yang tak lain adalah Joe, teman sekelasnya. tanpa berfikir panjang Kafka segera menerima uluran Joe dan menepuk-nepuk bokongnya.
"jo?" suara wanita dari arah belakang Joe membuat Joe berbalik dan tersenyum tipis
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Who M.J? [boyslove]
Randomsemua orang mengetahui namanya namun mereka tidak mengetahui siapa dibalik nama M.J M.J ketua geng motor yang terkenal di kotanya. hingga seorang laki-laki yang rela pindah sekolah demi mencari siapa m.j. dia, Kafka Prananta. pemuda umur 16 tahun...