Ga Jadi

111 15 0
                                    

ceritanya belum end ya gess. yang end itu perjalanan Kafka buat mencari m.j

Kita lanjut aja ceritanya....
Happy Reading
.
.
.
.
.

Kafka menatap pemuda disampingnya, ia telah mengetahui kebenaran beberapa menit yang lalu. Sekarang mereka tidur dengan posisi saling menghadap.

Ia masih tidak paham, yang diucapkan oleh Arva benar ap tidak. Ia hanya berusaha percaya. Semoga benar-benar begitu.

Arva tertidur disampingnya, Kafka tersenyum tipis dan mengusap rahang tegas itu.

"i love you" Kafka berdiri karena seperti ada tamu diluar.

Saat Kafka keluar kamar, Arva membuka matanya sambil tersenyum

"i love you too" ucapnya pelan dan kembali memejamkan matanya.

Kafka membukakan pintu, disana terdapat Satria dan Aldo. Aldo memberi kunci motor

"masuk dulu, bang, do"

"kaga deh, ka. Gue langsung balik aja." ucap Aldo dan diangguki oleh Satria

"gue shift malem" Kafka mengangguk, sepeninggalan Satria dan Aldo, Kafka kembali masuk.

Ini masih jam 2 siang, Kafka duduk disofa sambil menonton tv. Karena terlalu anteng menonton tv, Kafka jadi mengantuk. Ia ambil posisi tiduran disofa dan masih menonton tv. Lama-kelamaan mata Kafka menutup.

.
.
.
.
.
.

Jam 5 sore, Kafka baru bangun. Ia menatap sekitar, bukannya tadi ia tidur disofa, kenapa sekarang pindah kekamar? Karena sibuk berfikir Kafka jadi ingat, bahwa Arva ada diapartemen nya

Kafka tidak melihat batang hidung milik Arva, namun mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi membuat Kafka tersenyum tipis

Ceklek

Kafka menatap sosok yang keluar dari dalam kamar mandi. Arva hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan dengan tangan kiri yang mengusak rambutnya dengan handuk.

Tersenyum tipis menatap Kafka yang menatapnya tanpa berkedip

"kenapa?" Kafka menggeleng. Apa-apaan itu, kenapa tubuh Arva sangat-sangat hot, gila. Sixpack Milik Arva terbentuk sempurna, berbeda dengan milik Kafka, walau ada, mungkin cuma fourpack Itupun ngak terlalu kelihatan

"itu ngangkat apa biar jadi enam?" ucap Kafka tiba-tiba. Arva mengerutkan dahinya ngak paham, namun saat melihat arah pandang Kafka Arva jadi paham

"ngangkat beban hidup, ka. Mau?"

"berat banget dah" Arva tertawa kecil

"becanda, sering olahraga aja. Tapi kamu gausah, ka. Perut mu udah bagus"

"emang pernah lihat?"

"tadi? Kamu tidur disofa bajunya keangkat. Puting kamu juga keliatan, mau nen jadinya" Arva menaruh handuk disenderan kursi belajar milik Kafka dan berjalan menuju kasur

"APAAN?" Kafka menutup tubuhnya dengan selimut

"ARVA LEPASIN IH!" teriak Kafka saat Arva memegang pahanya

"mau nen doang loh, ka" Kafka menutup dadanya. Ia segara membuka selimut membuat wajah Arva tertutup oleh selimut. Kesempatan ini, Kafka gunain untuk kabur dari Arva

"ka, sini"

"gamau gamau gamau"

"nen doang, ka"

"iya, ngomong nya nen doang. Tapi, nanti keblabasan gimana?"

"ngak akan, sini"

"aku gamau, Arva"

Kafka semakin mundur saat Arva mendekat. Kafka menoleh kebelakang, dibelakangnya ada lemari, Arva yang melihat itu tersenyum miring

Hap

Kafka berhasil kabur. Ia berada disamping Arva.

"bisa kabur juga" Arva mengangguk-angguk

"Arva dih, kaya pedopil aja kamu. Berhenti gak!!" Arva berhenti, ia menatap Kafka sambil tertawa

"becanda sayang. Sini" Arva merentangkan tangannya. Kafka sedikit mencibir, namun ia memeluk Arva

"jokes mu serem"

"iya, becanda ya? Maapin deh" Kafka mengangguk. Membuat Arva tersenyum jail.

"sekali aja, ka? Boleh ga?" Arva meremas bokong milik Kafka, membuat Kafka tersentak kaget

"lepasin." Kafka memberontak minta dilepas, namun bukannya melepas, Arva malah mencium leher milik Kafka, membuat 1 kissmark disana

"Arva anjing" umpat Kafka, Arva menatap Kafka dengan alis yang dinaikkan.

"ngomong apa?" Arva bertanya dengan nada pelan

"a-apa?"

"ngomong apa tadi?"

"ngak ngomong tu"

"Kafka"

"iya kenapa?"

"ngomong apa tadi?"

"ngak ngomong apa-apa. Udah lepasin" Arva mengangguk pelan membuat Kafka kesulitan untuk menelan saliva nya

"beneran mau dibobol kamu, ka?"

"duh, engga Arva. Aku gamau, udah ah, bahas apa si kamu. Ga jelas, mending kita jalan-jalan aja"

"mau jalan kemana?" Arva melepas pelukannya, ia menatap Kafka dengan tersenyum tipis. Kafka menatap keatas karena sedang berfikir

"ketemu om jack ayo. Aku kangen" Arva mengerutkan alisnya

"bentar ditanya dulu" Arva berjalan kearah nakas dan mengambil handphone nya. Ia menelpon sang daddy.

Saat panggilan dijawab, Arva langsung menekan tombol speaker agar Kafka juga bisa mendengar

"tumben telfon? Uang bulanan habis?"

"dirumah?"

Kafka menatap Arva, kenapa suaranya langsung berbeda?

"iya, tumben telfon, boy?"

"Jhoan kesana."

"sebentar. Daddy dikantor"

"om Jack! Ini Kafka, gapapa om kalau om pulang sekarang? Soalnya Kafka pengen ketemu om ini" terdengar kekehan dari sana

"iya, ka. Ngak masalah"

"asek asek. Yauda Kafka mau siap-siap" Kafka langsung pergi menuju kamar mandi.

Tbc

Who M.J? [boyslove] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang