Sudah seminggu lamanya Kafka berada dirumah Arva dan Joe. Sekarang mereka ber-tiga sedang mengantar mama tercinta ke bandara karena akan kembali ketempat asalnya. Tidak hanya Arva, Joe, dan Kafka. Jack, ayah Arva sama Joe ini juga mengantar.
"Kafka, mama pamit ya?" Kafka mengangguk, ia memeluk Nadella.
"yang anaknya tu siapa si?" Joe berucap membuat Nadella menatap kearahnya, ia tersenyum dan merentangkan tangannya kearah Joe, Joe yang menatapnya pun tersenyum dan memeluk erat ibunya ini
"ma, balik nya diundur napa?" Nadella terkekeh, ia melepas pelukan itu dan mencubit pipi Joe karena gemas dengan anak terakhirnya ini
"terus? Mommy mu gimana? Kau tau kan, Jo. Bagaimana Mommy mu jika manja. Huh! Lebih parah darimu" Joe hanya cemberut membuat Kafka terkekeh geli
"kasian om Jack bakal jadi duda lagi. Ayo om, sama Kafka aja" Kafka berbicara membuat Arva melotot kearahnya, Kafka menunjukkan dua jarinya. Nadella hanya menggeleng.
"mau?" Arva berjalan kearah Kafka, Kafka menggeleng.
"tapi, kalau om Jack nya mau, ya Kafka ga nolak" Jack tertawa samar, ada-ada aja anak ini.
"hati-hati lu, Del." Jack menatap kearah Nadella, yang dibalas acungkan jempol aja.
"gue berhasil kaga, Jack?" Nadella menaik turunkan alisnya.
"anak bontot gue yang patah hati" Nadella menatap Joe yang sedang menatap kedekatan Arva dan Kafka. Semenjak hari dimana Kafka dan Arva jalan bareng ke toko buku. Mereka semakin dekat.
"nanti gue cariin jodoh buat Joe ku" Jack menggelengkan kepalanya, ada-ada saja istri Kennie ini.
"mama berangkat dulu ya. Kalian jaga kesehatan disini. Bulan depan deh, mama janji bakal nginep disini sama mommy, oke??" Arva, Joe, dan Kafka mengangguk. Mereka memeluk Nadella untuk yang terakhir kali sebelum Nadella masuk kedalam pesawat.
...
"Kafka ikut om?" tanya Jack pada anak yang berjalan disampingnya. Joe dan Arva berada dibelakang mereka
"emmm... Engga deh, om. Kafka kan cuma nemenin mama aja. Kafka juga mau kembali ke apart aja, kasian apart nya sendirian" Jack mengangguk mendengar pernyataan Kafka
"padahal kalau mau nginep lagi gapapa, ka. Oh, ya. Mau om anter?"
"modus banget aki-aki" Joe nyahut dari belakang membuat Jack noleh kearahnya dan mendelik tidak suka.
"hehe gausah om, ngerepotin. Kafka juga udah pesen taxi online. Dipesenin sama kak Arva." Kafka menoleh kearah Arva dan tersenyum tipis, dibalas dengan senyuman oleh Arva
"ya sudah kalau begitu. Jhoan ikut daddy apa Kafka?"
"dad. Kok yang ditanyain cuma bang Jho. Joe juga dong, Joe pengen bareng Kafka" Jack tersenyum tipis dan merangkul pundak anaknya ini.
"Joe ikut daddy aja" Joe mendengus mendengar ucapan daddy nya
"kak Arva-nya Kafka pinjam dulu ya, om. Nanti dikembalikan" ucap Kafka. Jack mengangguk meng-iya kan. Membuat Kafka tersenyum lebar
"sana pergi" Jack menatap kearah Arva tidak percaya. Anak sulungnya ini mengusirnya?
"kamu ngusir daddy?" tanya Jack tidak percaya
"iya. Sana pergi" Jack hanya menggeleng, dan pergi dengan masih merangkul pundak Joe.
Setelah kepergian Jack dan Joe, sekarang tinggal Kafka dan Arva, mereka hanya diam karena bingung mau bahas apa.
Hingga beberapa menit kemudian, taxi online yang dipesen Arva sampai.
....
Dalam perjalanan menuju ke apartemen Kafka. Didalam mobil hanya ada kecanggungan. Arva diam sambil memainkan handphonenya, Kafka menatap keluar jendela mobil.
Ckrek
Kafka langsung menoleh menatap Arva yang tersenyum kearahnya
"lupa" ucap Arva. Kafka mendengus
"goblok dipelihara ya gini. Hapus ga, kak!!" Arva segera menyimpan handphonenya kesaku celana.
"Arva hapus ga! Gue potong titid lu kalau ga dihapus"
Sopir yang sedang menyetir hanya bisa menggeleng, sadis bener anak muda jaman sekarang. Ancemannya potong tytyd
"fotonya bagus." Kafka melipat tangannya didepan dada. Ia menatap Arva dengan mata yang menyipit membuat Arva harus menahan rasa gemas dan ingin mengubur orang didepannya ini
"terserah lo deh" Kafka berucap membuat Arva terkekeh
"mau makan lodeh?"
"engga babi"
"oh, mau makan babi?"
"engga Arvayang" Arva menjitak dahi Kafka dengan reflek. Karena dia salting, apa-apaan si, dipanggil Arvayang aja salting.
Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam lamanya sekarang Kafka dan Arva berada dikamar apartemen milik Kafka, ralat milik Rafka.
Arva bermain game dihandphonenya, ia duduk disofa, berbeda dengan Kafka yang duduk dibawahnya, beralasan karpet berbulu. Kafka menscroll aplikasi tok tok
Kei
//Kafka. Perkembangan tentang Mj. Bagaimana?
Tenang abang bro. Kafka tau, kpn jadwal Mj turun ke arena//
//kapan?
Besok. Kafka juga bakal turun, terus Kafka tangkap tu si emje emje//
//bahaya ka, biar abang suruh Satria aja.
Gausah, Kafka aja bisa. Ngapain sruh bang Sat?//
//terlalu beresiko kalau kamu turun
Ngk percaya ni critanya?//
//bukan ngak percaya, ka. Abang takut kamu luka. Tau kan bagaimana jika bunda tau kamu luka?
Cieee khawatir//
//lebih khawatir sama kondisi bunda
Kafka aja yang turun. Gapapa, Kafka bisa kok bang Kei//
"ka, gue pengen mie" Kafka mendongkak menatap Arva diatasnya, ia mematikan handphone dan menaruhnya diatas meja kaca itu.
"gue buatin bentar." Kafka berdiri dan menuju dapur. Karena dapur dan ruang tamu jadi satu, alhasil Arva bisa melihat Kafka yang sedang membuat mie.
Entah dukungan dari mana. Arva berjalan menuju Kafka, ia berdiri dibelakang Kafka dan memeluk Kafka dari belakang. Membuat Kafka kaget dan menoleh kearah samping.
Kafka dibuat kaget lagi, karena saat menoleh bibir Arva mengenai pipinya.
"5 menit aja, ka" ucap Arva mengendus leher jenjang milik Kafka membuat Kafka geli.
Benar kata Arva, hanya 5 menit. Setelah itu Arva melepas pelukannya dan beralih menatap Kafka yang sedang mengaduk mie. Arva tersenyum tipis?
Haruskah? Haruskah ia tidak melakukan misi nya, haruskah ia membatalkan saja semua misi itu dan memilih untuk memiliki laki-laki didepannya ini?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Who M.J? [boyslove]
Randomsemua orang mengetahui namanya namun mereka tidak mengetahui siapa dibalik nama M.J M.J ketua geng motor yang terkenal di kotanya. hingga seorang laki-laki yang rela pindah sekolah demi mencari siapa m.j. dia, Kafka Prananta. pemuda umur 16 tahun...