Pagi yang cerah, udara sejuk dan dingin. Jumat pagi. Bukankah hari yang tepat untuk bangun pagi? Jumat adalah hari yang sangat disukai oleh Prilly. Entah knapa dia sangat suka hari ini.
Tapi kali ini, Prilly sangat malas pergi ke sekolah. Malas, sangat malas. Malas untuk bertemu Ali? Ya, mungkin saja. Prilly baru sadar, sejak kejadian di taman, ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya. Sembab, kantung hitam di bawah matanya terlihat jelas. Seharian ia menangis.
Tidak ada make up. Prilly hanya memakai bedak tipis. Wajahnya terlihat begitu kusam.
"Pagi adek gua yang can--" sapaan Alvin terpotong setelah melihat kondisi Prilly saat ini. Wajahnya pucat. Bibirnya yang merah kali ini menjadi putih kecoklat-coklatan.
"Lo kenapa, Prill? Ada masalah? Sakit?" tanya Alvin bertubi-tubi. Menggeleng pelan, sebagai jawaban Prilly.
"Boong. Lo ga usah sekolah dulu hari ini, gue yang izinin, atau Ali?"
"Ga usah, Kak. Prilly sekolah aja hari ini," jawab Prilly lesu dan pergi keluar rumahnya. Tanpa sarapan.
°°°
Sesampainya di sekolah, Prilly melewati murid-murid yang sedang membicarakannya. Prilly hanya menganggapnya sebagai angin berlalu. Tak peduli dengan apa yang dibicarakan orang lain.
"Prilllyyyyy!!" teriak Fira heboh, "Lo kenapa sih? Tuh anak-anak ngomongin lo semua. Cewek yang biasanya ceria, cantik sekarang pendiem?" tanya Fira heran.
"Fir ...." lirih Prilly, matanya berkaca-kaca. Ia menunduk dan menutup wajah dengan telapak tangan, bahunya bergetar.
"Prill? Lo nangis? Kenapa? Kenapa, Prill?" Fira memegang kedua bahu sahabatnya, setelah mengetahui Prilly menangis.
"Oke. Gue ga maksa. Lo bisa ceritain nanti." ucap Fira pasrah karena Prilly sedari tadi menangis tanpa sebab.
"Fir, gue hari ini bolos, ya?" tanya Prilly tiba-tiba setelah menyeka airmatanya.
"What?! No-no! Ga boleh, lo harus sekolah hari ini!" tolak Fira. Prilly kembali menunduk.
"EEHH ALI DATENGG!!"
"ALIIII GANTENGNYAAA!!"
"AAAA PAGI ALIII!!"
"Kebiasaan." gerutu Fira sebal. Gadis-gadis centil yang selalu menyambut kedatangan Ali ketika masuk kelas.
Ali masuk ke kelas dengan biasa. Hanya saja penampilan nya saat ini---memakai topi terbalik. Pantas saja gadis-gadis tadi menggilainya.
Ali melewati bangku Prilly. Mereka berdua sempat bertatapan walau sebentar. Ali sedikit terkejut melihat mata Prilly yang sembab, sedikit bengkak pula. Ali hampir tak pernah melihat Prilly sekacau ini.
°°°
Jam sekolah telah berakhir, Prilly bersyukur. Ia ingin cepat cepat pergi dari sekolah ini. Bukan sekolah, tapi Ali. Sebuah tangan kekar menahan tangan nya. Prilly terdiam, sepertinya Ali.
"Hey, gimana kabar lo?" tanya seseorang di belakang Prilly. Suaranya beda, beda. Ini bukan Ali.
"Kak Dion, baik kok,"
"Baik gimana setelah kejadian kem--"
"Stop kak. Prilly gamau bahas itu lagi. Prilly duluan ya, kak." potong Prilly yg masih setia dengan suara lesu dan lemasnya. Prilly berjalan menuju kantin, harusnya ia pulang, tapi kakinya beranjak ke kantin. Perutnya yang menyuruh. Lapar, sangat lapar.
Setelah memesan makanan, ia segera duduk di meja pojok, tempatnya setiap makan.
"Hey sayang," sapa Ali tiba-tiba muncul dihadapan Prilly.
Gadis itu menatap Ali datar dan memalingkan wajahnya. Kejadian kemarin susah dilupakan. Hatinya terlalu sakit, sangat sakit. Matanya kembali berkaca-kaca. Dengan sigap tangannya menghapus air matan yang hampir saja jatuh.
"Hey, kamu kenapa? Nangis? Ada yang nyakitin kamu? Bilang sama aku," ucap Ali menghapus air mata yang berada di pipi chubby Prilly.
"Kamu Li, kamu yang bikin aku sakit."
Prilly menatap mata Ali yang teduh itu, mata yang mampu membuatnya jatuh cinta. Ali tersenyum melihat Prilly yang juga melihatnya. Tetapi beda, mata Prilly lebih sipit dari sebelumnya. Mungkin karena efek menangisnya terlalu lama.
"Kamu habis nangis?" tanya Ali khawatir. Prilly menggeleng.
Ali baru ingat, bahwa kemarin ia tak datang pada cafe itu. Ia ingin menjelaskan sekarang, ya sekarang. Ia meraih tangan Prilly dan menciumnya. Prilly langsung menepis tangannya setelah dicium Ali. Ali sedikit terperangah melihat sikap Prilly berubah.
Berubah karena ulahnya.
"Prill, maafin ak--"
"Nak prilly, ini makanannya." ucap pemilik kantin itu ramah.
"Makasih ya, Bu." jawab Prilly tak kalah ramah. Ibu itu hanya tersenyum lalu pergi.
Prilly menyantap makanan, tak menghiraukan Ali yang sedang menatapnya dengan tatapan tak bisa dijelaskan. Ia menganggap Ali seperti tak ada.
"Aku anterin kamu pulang." ucap Ali menahan tangan Prilly yang berkesiap pulang.
"Aku bisa pulang sendiri, kamu pulang dulu aja habis itu syuting." jawab Prilly datar dan berlari menghindari Ali. Entah kenapa mengucapkan kata 'syuting', mengingatkan pada kejadian di taman. Sakiiit sekali rasanya.
"Aku tau kamu berusaha hindarin aku, Prill." gumam Ali. Ia tak ingin menyerah, ia mengejar Prilly yg sudah berlari cukup jauh. Rupanya Prilly berhenti di taman belakang sekolah. Taman yang biasa ia kunjungi.
Ali tersenyum. Akhirnya ia menemukan Prilly yang sedari tadi menghindarinya. Ali menghampiri Prilly dengan cara ... memeluknya dari belakang.
"AAAA TOLONG!!" jerit Prilly ketika mengetahui ada yang memeluknya dri belakang.
"Sstt ... ini aku ..." bisik Ali tepat di telinga Prilly.
Seketika tubuh Prilly lemas mengetahui Ali yang memeluknya dari belakang.
Thank u for reading, guys!🖤
Jangan lupa vote and commentnya!Revisi I :
05 November 2020.
Revisi II :
17 Desember 2020.-NabiilaZ
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt of Love [ PINDAH KE HINOVEL ]
RomantizmTentang sepasang kekasih yang terus berusaha mempertahankan cinta agar tetap setia dalam rengkuhan. Mereka adalah Aliando Syarief dan Prilly Latuconsina. Akankah cerita mereka berakhir bahagia? Atau sebaliknya? Btw, ini cerita dari 2015 dan tamat di...