Part 27

11.3K 523 0
                                    


"Sstt ... ini aku ..." bisik Ali tepat di relinga Prilly.

Seketika tubuh Prilly lemas mengetahui Ali yang memeluknya dari belakang.

"Lepasin, Li!!" lirih Prilly. Air matanya kembali tumpah. Entah kenapa air mata itu sangat mudah untuk keluar.

"Gak akan, aku gamau kamu pergi ..." bisik Ali lagi. Tangis Prilly semakin deras, ia menggigit bibir bawah agar suara tangisnya tak keluar.

"Kamu nangis? Please, jangan nangis. Aku disini," ucap Ali setelah melepas pelukannya.

"Kamu di sini, gak ngaruh Li, setelah kejadian kemaren ..." Ia menunduk, tak ingin menatap wajah Ali yang mampu membuatnya luluh.

"Maafin ak--"

"Tinggalin aku, Li." ucap Prilly lirih. Ali menggelengkan kepalanya mantap. Ia tak ingin meninggalkan Prilly sendiri lagi setelah kemarin ia membuatnya menunggu lama.

"Gak akan."

Tanpa bicara banyak lagi, Prilly melepaskan tangan Ali yang menggenggam tangannya begitu erat, kemudian berlari entah kemana.

"Maafin aku, Prill." Ali menunduk. Ia berbalik arah dan pulang. Ia butuh pendapat kakaknya akan hal ini.

°°°

1 minggu setelah kejadian itu, Prilly tak menampakkan batang hidungnya lagi sekarang. Ali semakin geram, ia tak dapat menahan hal ini. Sungguh, Ali melakukannya tidak sengaja. Takdir membuatnya terpisah.

"Kamu dimana, Prill ..." Matanya berair. Ia dengan cepat menghapus air matanya yang hampir jatuh dan berlari, pergi dari sekolah.

"Rumah prilly!! Ya! Prilly ada di rumah!"

Tok Tok Tok!

"Prillynya ada tante?" tanya Ali sopan. Mama prilly yang membukakan pintu itu.

"Oh ada, dia dikamar. Yuk masuk dulu," Mama Ully mempersilahkan Ali masuk.

"Udah satu minggu Prilly sakit," ucap Mama Ully membuat Ali terkejut.

Prilly? Sakit? Kenapa tak ada yg memberitahunya? Bahkan kakak Prilly, Alvin, juga tak memberitahunya.

"Ali boleh jenguk Prilly, Te?" pinta Ali.

"Bol--"

"Tunggu." potong Alvin tiba-tiba datang.

"Loh, Alvin?"

"Ma, Alvin mau bicara sama Ali dulu, boleh?"

"Iya, mama sekalian mau ke belakang." jawab Mama Ully lalu pergi dari hadapan dua lelaki tampan itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Ali kemudian setelah Alvin lama tak membuka mulutnya.

"Asal lo tau, Prilly gak pernah sakit hati," ucap Alvin to the point.

"Maksud kakak?" Ia heran, ia bingung arah pembicaraan Alvin kali ini.

Alvin menghembuskan nafasnya panjang. Sepertinya ia akan menceritakan semua tentang Prilly dulu.

"Gini, Prilly sakit karena terus-terusan nangis. Prilly udah cerita semuanya ke gue. Prilly bilang, kalo lo berduaan sama Ghina di taman. Dia juga nunggu lo dua jam." jelas Alvin memulai ceritanya.

"Jadi, Prilly tau kak, gue sama Ghina di taman waktu itu?"

"Ya, sebenernya gue juga kesel sama lo waktu itu, kenapa lo peluk Ghina, sih? Gue tau, banyak yang candid-in lo waktu itu. Tapi gue bisa ngertiin setelah Ghina jelasin semuanya ke gue. Gue udah jelasin juga sama Prilly, tapi dia tetep ga mau denger. Hati dia cukup sakit, katanya sih.

Gue tau banget soal Prilly. Dulu, dia ga pernah mau pacaran sama cowok lagi setelah putus sama pacar nya dulu. Dan lo tau? Prilly selalu bahagia sama dia. Prilly gak pernah nangis. Makanya, sekali dia sakit hati, gini jadinya." papar Alvin panjang lebar.

"Gak pernah sakit hati? Jadi ini alasan Prilly jauhin gue? Akh!" Ali menjambak rambutnya frustasi.

"Udah, temuin Prilly sekarang, jelasin baik-baik. Dia udah sembuh. Tapi gak total, jangan sampe dia nangis lagi. Awas lo!!" ancam Alvin.

"Iya, Kak." jawab Ali, lalu dengan segera pergi menuju kamar Prilly.

Kreekk ...

Pintu kamar Prilly terbuka, Prilly sedikit kaget melihat Ali yang sudah berdiri di ambang pintu.

Semakin dekat Ali berjalan ke arahnya, semakin lekat pula tatapan mata mereka. Tak bisa dipungkiri, mereka berdua sama-sama menahan rasa rindu. Ingin sekali Prilly memeluk tubuh Ali yang gagah itu. Ingin merasakan kehangatan yang diberikan setiap hari oleh Ali.

"Hey, kamu sakit?" tanya Ali basa-basi. Ia menempelkan punggung tangannya pada kening prilly. Benar kata Alvin, Prilly sudah sembuh, hanya saja memerlukan istirahat yang cukup.

Prilly mengangguk kecil.

"Udah sembuh," ucap Prilly lirih. Suaranya benar-benar mirip seperti anak kecil di telinga Ali.

"Kalo sakit bilang, aku khawatir." Ali meraih tangan prilly dan menciumnya lama.

Sudah lama Ali tak memperlakukannya seperti ini, ia senang Ali khawatir padanya. Setidaknya, rasa rindunya terobati.

"Aku takut ganggu kamu," jawab Prilly masih tetap dengan posisi awal, tidur.

"Kamu bukan pengganggu, kamu penyemangat hidup aku." Ali mencium tangan Prilly lagi. Prilly tersenyum mendengar kata-kata Ali yang mampu membuatya tersipu.

"Kamu separuh nyawaku, sayang."

Kata-kata Ali membuat Prilly terbang ke langit ke tujuh. Meskipun singkat.

Thank u for reading, guys!🖤
Jangan lupa vote and commentnya!

Revisi I :
05 November 2020.
Revisi II :
17 Desember 2020.

-NabiilaZ

Hurt of Love [ PINDAH KE HINOVEL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang