4 - QUICHE

449 42 5
                                    


~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

"Sore, Mbak Ava. Seperti biasa?"

Dibarengi senyum, Ava menanggapi pertanyaan Gede dengan anggukan. Tanpa memelankan langkah, dia berjalan ke bagian belakang Coffee & Me, memilih meja paling sudut yang kebetulan tidak ditempati. Ava duduk selepas meletakkan tas di kursi sebelahnya yang kosong.

"Gimana hari ini, Mbak?"

"Kamu pernah denger Metis Patisserie nggak, Bli?" tanya Ava balik ketika Gede mengantar pesanannya: kopi Bali tanpa gula dan satu slice tuna quiche. Setelah mengucapkan terima kasih, dia memasukkan kata sandi laptopnya dan kembali memandang Gede. "Dan buat jawab pertanyaan sebelumnya, saya nggak sabar supaya cepet besok."

"Itu yang di Umalas bukan, Mbak?"

Ava mengangguk. Dia memang sempat mencari tahu mengenai Metis Patisserie dari informasi yang dikirimkan Brama. Lokasinya memang cukup 'terpencil' untuk sebuah patisserie, dalam artian tidak berada di jalan utama atau area yang dituju wisatawan. Namun harus Ava akui, dari beberapa foto yang dilihatnya, tempat itu memang terkesan humble dan tidak mencolok, apalagi norak. Dia sengaja ke Coffee & Me untuk sekadar bertanya ke staf di sana tentang Metis.

"Belum pernah ke sana sih, Mbak. Tapi kabar-kabarnya emang cukup ekslusif."

"Oh ya? Padahal cuma patisserie."

"Mungkin bahan-bahan yang mereka pakai premium, Mbak."

"Bisa jadi." Ava tersenyum lebih lebar kali ini. "Makasih, Bli," ucap Ava seraya memasang kedua true wireless stereo di telinga.

"Panggil saya aja kalau butuh apa-apa, Mbak Ava."

"Makasih, Bli Gede."

Begitu pramusaji itu berlalu, Ava membaca kembali beberapa artikel yang ditemukannya mengenai Metis Patisserie. Namun baru dua baris, ponselnya bergetar. Dia mendapati nama adik perempuannya pada layar. Beruntung dia sudah menghubungkan TWS ke ponselnya, jadi dia langsung mengangkatnya.

"Ngapain, Dek? Tumben banget telepon jam segini."

Adiknya, Lyra—yang dinamai seperti salah satu rasi bintang yang di dalamnya termasuk Vega, salah satu bintang yang dianggap bintang paling penting setelah matahari—dengan santai menjawab. "Mbak lagi di mana?"

"Di kafe, abis gawe. Kenapa?"

"Cuma mau ngasih tahu, jangan pulang dulu dalam sebulan ini."

"Mama kumat?"

"Iya, lagi krisis di rumah. Aku sampai kena omel."

Mendengar gerutuan dalam kalimat Lyra, mau tidak mau Ava tergelak. "Nyinggung aku nggak?"

"Pastilah. Makanya aku kasih tahu sekarang."

Kumat dalam kamus Ava serta dua saudarinya adalah mama mereka sedang dalam periode yang ngebet banget punya menantu baru. Karena Carina—yang juga dinamai ayah mereka dengan mengambil salah satu rasi bintang, di mana Canopus yang merupakan bintang paling terang ketiga setelah matahari dan Sirius berasal—kakak perempuan Ava dan Lyra sudah menikah, otomatis tinggal mereka berdua yang dijadikan sasaran.

Foolish GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang