***
Sejak kembali dari Singapura, kesibukan Ava tidak mengenal tanda koma.
Selain harus menuntaskan artikel mengenai soft opening Sage Velvet dan merangkum interview-nya bersama Gerald Lesetter, Ava juga harus menyiapkan diri untuk interview bersama The Platter. Dia berhasil mendapatkan jadwal wawancara bersama The Platter! Kebahagiaan Ava begitu luar biasa sampai dia berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil.
Semua wejangan yang diberikan Sharon diikuti Ava dengan hati-hati. Dia juga membaca kembali semua artikel yang dia tulis untuk Lemongrass dari awal untuk tahu perkembangan tulisannya seperti apa. Menurut Sharon, menelaah kembali portofolio adalah salah satu cara jitu mengukur sejauh mana perubahan tulisan Ava.
Seolah belum cukup, Ava mengambil keputusan untuk merahasiakan wawancaranya dengan The Platter dari Moga dan Sabrina. Bukan karena dia enggan membaginya atau menolak dukungan dari keduanya, tetapi Ava pantang memberitahukan sesuatu yang belum pasti. Terlebih The Platter adalah mimpi terbesar Ava. Jika dia gagal, rasa kecewanya akan sangat besar, dan Ava enggan dikasihani. Maka dia menyembunyikan fakta tersebut dari Moga dan Sabrina. Selain itu, Ava pun membatasi pertemuan dengan Moga dengan dalih dikejar tenggat waktu supaya dia tidak kelepasan bicara. Beruntung Moga paham dan tidak menggali lebih dalam dengan mengajukan berbagai macam pertanyaan.
Pertemuannya dengan Charlie di Singapura juga masih disembunyikan Ava dari Sabrina. Terlalu banyak yang berkelebatan dalam pikirannya hingga tidak tersisa ruang bagi sesuatu yang bagi Ava sudah menemui babak akhir. Sabrina mungkin akan marah karena tidak diberitahu dengan segera, tetapi Ava mengambil risiko tersebut. Ada prioritas lain yang perlu dia tangani lebih dulu.
Sebuah notifikasi masuk ke ponsel dan ketika mengeceknya, jantung Ava berdegup tidak keruan karena ada email masuk dari The Platter. Waktu wawancara tiga hari lalu, Ava memang diberitahu bahwa akan ada interview lanjutan jika dia lolos tahap pertama dan Ava diminta menunggu selama kurang lebih tujuh hari. Menarik napas dalam, Ava meletakkan tasnya di atas meja makan sebelum duduk. Dia perlu berada di posisi yang enak untuk membaca email tersebut.
Dengan satu sapuan jari, Ava membuka kuncian pada ponsel dan dengan senyum lebar, dia mulai membaca isinya. Ava yakin akan lolos karena meskipun persiapannya singkat, dia memastikan persiapannya tanpa cela, apalagi ditambah poin-poin yang diberikan Sharon. Tidak mungkin kan informasi dari seseorang yang sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di The Platter diragukan kebenarannya? Terlebih Sharon mengenal Nana, dan Ava yakin, Nana tidak akan mengenalkannya kepada orang yang salah.
Semangat Ava yang beberapa menit lalu bisa membakar habis seluruh keraguan, menguap dengan cepat serta bibirnya yang membentuk senyuman perlahan tapi pasti membentuk garis lurus. Matanya dengan teliti membaca lagi isi emailtersebut dari awal hingga akhir. Tangannya bergetar hebat. Perlu beberapa detik hingga akhirnya terdengar sengguk dan air mata mengalir dari kedua sudut mata Ava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...