~~~
Acap kali menyelesaikan satu artikel, Ava biasanya hanya memberikan self-reward dengan membeli satu gaun baru atau aksesoris. Namun dia memastikan nominal yang harus dihabiskannya tidak melebihi bujet yang dia anggarkan tiap bulan untuk bersenang-senang. Ada rumah tepi pantai yang masih menjadi impiannya.
Hanya saja, ada yang berbeda begitu Brama menyetujui revisi yang dia kirimkan mengenai Metis Patisserie. Itu berarti Ava bisa dengan segera fokus ke tugas lain yang tidak berkaitan dengan Kastra Moga. Menyadari bahwa kali ini tantangan yang harus dilaluinya jauh lebih terjal, self-reward yang dipilih Ava adalah makan di Angkasa, sebuah restoran di Bukit yang terletak di pinggir tebing yang ingin sekali dicobanya.
Ava sebenarnya menawarkan diri untuk meliput acara grand opening Angkasa, seperti yang biasa dia lakukan. Usulannya ditolak dengan halus oleh Nana menggunakan alasan bahwa Ava baru saja menyelesaikan satu artikel penting mengenai Black Volcano, sebuah restoran Islandia pertama di Bali. Tugas itu jatuh ke tangan Brama. Sejak membaca tulisan Brama—yang diakuinya cukup bagus—Ava menunggu saat yang tepat untuk pergi ke Angkasa.
Sekarang adalah waktu yang paling pas baginya pergi ke sana. Seorang diri.
Dandanan Ava bisa dibilang sangat sederhana. Mengenakan maxi dress selutut berwarna merah muda dan menata rambutnya menjadi bergelombang, Ava bahkan bersenandung pelan saat membawa mobilnya ke arah Bukit, tempat Angkasa berada.
Ava melihat nama Lyra muncul pada layar ponselnya. Setelah menekan tombol accept tanpa sedetik pun melalaikan pandangan dari jalan, Ava bergumam pelan.
"Mbak lagi di mana?"
"Lagi di jalan. Mau dinner."
"Spill the tea!"
Terdengar tawa adik perempuannya. "Sama siapa?"
"Sendirian," balas Ava singkat. "Karena memang nggak mau ngajak siapa-siapa. Self-reward."
"Self-reward buat apa?"
"Karena berhasil nyelesaiin satu artikel yang lumayan challenging. Juga karena Brama nggak cerewet seperti yang aku sangka. Kirain dia bakal nyari-nyari kesalahan dan bikin hidupku jadi sulit."
Ava dengan sengaja tidak menyelipkan Metis Patisserie atau nama Kastra Moga agar mencegah huru-hara di keluarganya. Dia tahu, nama laki-laki mana pun—kecuali Brama tentu saja—akan memantik rasa penasaran Lyra. Adiknya tersebut cukup peka jika Ava menyembunyikan sesuatu.
"Jangan-jangan Brama ini beneran suka kali sama Mbak."
Sekarang giliran Ava yang tergelak. "Nggak usah ngaco deh, Dek. Kalau iya pun, aku kan nggak naksir dia."
"Mau makan di mana, sih?"
"Ada restoran di Bukit, namanya Angkasa. Aku penasaran dari sejak mereka buka, tapi belum punya kesempatan buat pergi ke sana, sampai sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...