~~~
Tulisan Ava mengenai Pakis hampir selesai. Ada perasaan lega karena assignment yang diberikan Brama kali ini bisa dilaluinya dengan mudah dan hampir tanpa kendala. Selepas apa yang terjadi dengan Metis dan Kastra Moga, Ava sempat khawatir dia kehilangan sentuhan dalam tulisannya. Namun Ava tidak perlu khawatir karena artikel tentang Pakis membuktikan dirinya masih punya sentuhan magis tersebut. Ava hanya perlu sedikit berhati-hati karenarebranding restoran tersebut cukup menjadi isu hangat di kalangan restaurateur.
Ava baru saja berniat rehat sejenak ketika pintu telepon di ruangannya berdering. Ava mengerutkan dahi. Lebih karena dia heran masih ada yang meneleponnya lewat landline. Semua janji temu serta meeting di kantor biasanya sudah terjadwal hingga Ava tidak perlu diingatkan. Meskipun heran, dia mengangkatnya.
"Iya, halo?"
"Selamat siang, Mbak Ava. Ini Mita dari reception, ada tamu yang sedang menunggu Mbak Ava di lobi."
Kerutan di kening Ava semakin dalam. Dia lantas ingat bahwa mengerut cepat membuat wajah keriput. "Siapa, ya? Sepertinya saya nggak ada janji dengan siapa-siapa."
Ava mengecek lagi kalendernya dan memastikan tidak ada janji yang terlewat. Benar saja, dia memang tidak memiliki janji dengan siapa pun hari ini.
"Cowok, Mbak Ava. Tinggi, tapi bahasa Indonesianya bagus. Namanya," ada jeda sesaat sebelum suara Mita kembali terdengar, "Kastra Moga."
Menangkap nama itu di telinganya, berbagai macam pertanyaan langsung menghujani Ava. Selain tidak menduga pria itu akan menyambanginya di kantor tanpa pemberitahuan lebih dulu, alasan Moga datang jauh lebih memantik rasa penasaran Ava.
"Saya turun sebentar lagi."
Begitu mengakhiri percakapan serta menutup telepon, Ava tertegun.
Pertemuan terakhir mereka terjadi di Metis kurang lebih seminggu lalu, sebelum Cara dan Will kembali ke Singapura. Kakak perempuannya itu meminta Ava menemaninya ke Metis dan memborong beberapa kue, yang membuat Moga memberinya beberapa tambahan sebagai bonus. Bisa dikatakan, hubungan mereka memang lebih baik sekalipun masih belum ada saling kirim pesan. Setidaknya, mereka sudah melupakan kejadian yang sempat menimbulkan ketegangan.
Menyadari Moga menunggu di lobi, Ava lantas beranjak dengan cepat dari kursi dan berjalan meninggalkan ruangan. Biasanya dia akan menolak siapa pun yang mengacaukan jadwalnya karena bukan Auva Zavijava kalau tidak berpegangan pada schedule yang sudah dia susun dengan hati-hati.
Menuruni tangga, Ava berusaha mengabaikan detak jantungnya yang berdegup cukup kencang. Bertemu dengan Kastra Moga jelas tidak masuk dalam agendanya hari ini.
Ava memelankan langkah ketika dia mendekati anak tangga terakhir yang langsung menuju lobi. Dia mendapati Moga sedang duduk di sofa menekuri ponsel. Dari tempatnya berdiri, Ava bisa melhat Moga hanya mengenakan kaus oblong putih dan celana jin biru tua. Sungguh sederhana, tapi tetap saja membuat darah Ava berdesir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...