8 - METIS SOURDREAM SCONE

379 39 6
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Ava jelas kaget dengan reaksi yang ditampilkan Moga. Kebingungannya berlipat dengan pertanyaan Moga, padahal tujuannya datang ke Metis Patisserie sudah jelas untuk urusan pekerjaan, yang sama sekali tidak relevan dengan preferensi personalnya.

"Nggak perlu saya ingatkan bahwa tujuan utama saya ke sini adalah atas nama Lemongrass Magazine, kan?"

Jawaban itu sepertinya tidak cukup membuat Moga puas karena terlihat dari eskpresi yang belum berubah. Diikuti sikap diam, Moga terlihat memproses balasan Ava sebelum akhirnya bersuara.

"Boleh saya tahu alasannya?"

Pertanyaan tersebut ditanggapi Ava dengan defensif. Bukan karena kata-kata yang terucap, tetapi cara Moga menyampaikannya. Ava merasa dipandang sebelah mata hanya karena dirinya mengatakan tidak begitu menyukai makanan manis. Seolah hal tersebut mewakili semua yang berkaitan dengan dirinya.

"Apakah rasa nggak suka setiap orang perlu dijelaskan?" tanya Ava balik. "Sometimes people just don't like something simply because they don't like it."

"In your case, an explanation is needed."

"Apa yang membuat ketidaksukaan saya atas makanan manis berbeda dengan rasa tidak suka yang lain?"

Senyum yang ditunjukkan Moga saat ini tidak lagi dianggap Ava sebagai pemanis. Dia menganggap Moga meremehkannya. Terlebih setelah pria yang duduk di depannya ini mengedarkan pandangan ke setiap sudut Metis Patisserie yang dapat dijangkau penglihatannya sebelum kembali menatap Ava.

"Karena kamu bekerja di food magazine. Sesederhana itu."

Mulut Ava terbuka, menganga tidak percaya. Dia menyangka jawaban yang akan didengarnya lebih punya bobot, tetapi yang dia dapat justru alasan yang sungguh dangkal. Tawa kecil Ava lolos dari mulutnya karena merasa ucapan Moga begitu absurd.

"Apakah kemudian saya nggak boleh menyukai makanan tertentu hanya karena pekerjaan saya berkaitan dengan makanan? Majalah saya saja nggak pernah punya aturan tertulis tentang itu." Ava menyibakkan rambutnya dengan santai. "Berdasarkan pengalaman saya yang sudah lima tahun bekerja di food magazine, tidak semua orang punya kewajiban menyukai semua yang mereka liput. Food, at the end of the day, is still about preference. Apakah kamu merasa lebih tahu tentang dunia food magazine dibanding saya?"

"Lalu, bagaimana kamu bisa menulis artikel yang obyektif dan nggak bias jika kamu bahkan nggak menyukai apa yang kamu makan?"

"Apakah kamu sekarang mempertanyakan keprofesionalan saya dalam bekerja?" sahut Ava cepat dan tegas.

Ava mengabaikan fakta bahwa pertanyaan yang diajukannya tersebut terdengar lebih seperti tuduhan. Selain komentar mengenai kegemaran merapikan meja kerja yang sering dialamatkan kepadanya, Ava memang sensitif setiap kali keraguan akan etos kerjanya dikemukakan. Baginya kerapian dan profesionalitas adalah dua prinsip yang digenggamnya dengan erat dan enggan dia kendurkan. Terlebih jika ucapan tersebut datang dari orang yang baru dia kenal dan tidak mengetahui track record pekerjaannya.

Foolish GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang