~~~
Ava mengamati tiga paragraf yang sudah berhasil dia kumpulkan mengenai Metis Patisserie, dan sesekali mencocokkan dengan catatan yang dimilikinya. Dua telinganya sudah tertutup headphone, memutar rekaman percakapannya dengan Kastra Moga.
" ... selalu ada cinta buat Indonesia. Thanks to My Mom who introduced me to this beautiful and multicultural country. Meski nggak punya darah Indonesia, saya selalu menyebut diri saya, Indonesian by heart. Semua hasil kreasi yang ada di Metis adalah gabungan budaya yang ada di keluarga saya. Papa yang orang Amerika dengan darah Prancis dari nenek, almarhumah Mama yang orang Kanada tapi punya darah Jerman, dan Mama yang murni orang Indonesia. Everything you taste here is the mix of all the flavors of the things that have shaped me as an individual."
Ava menekan tombol pause sembari memikirkan kalimat yang pas untuk merangkum penjelasan Moga mengenai latar belakang keluarganya yang sangat multikultural dengan singkat dan tidak bertele-tele. Sejujurnya Ava tidak memiliki kemampuan membedakan rasa tarte tatin yang dipilih Moga untuknya dengan kue-kue yang dipilih Sabrina. Dia tentu harus mencicipinya agar mampu memberikan deskripsi yang akurat. Baginya, tarte tatin yang masuk ke mulutnya masih terasa seperti apel berbalut karamel dengan sedikit rasa kayu manis. Rasa apelnya memang tidak lagi asam, bahkan dia yakin orang awam tidak akan tahu buah yang disajikan di atas tarte tatin itu adalah apel jika bukan karena teksturnya.
Mengingat kembali percakapannya dengan Sabrina begitu mereka sampai di rumah Ava, sahabatnya tersebut justru berseri-seri untuk alasan yang sama sekali tidak berkaitan dengan kue-kue yang mereka coba.
"Ava, Moga jelas tipe kamu banget! Selain tinggi, aku bisa ngerasain dia passionate banget dengan apa yang dia lakuin. Bukankah itu yang kurang dari cowok-cowok yang selama ini kamu kencani? Cowok yang passionate dengan apa yang mereka kerjakan?"
"Bri, bisa nggak kita fokus ke alasan utama aku ngajak kamu ke sana? Buat ngasih pendapat tentang kue-kue di Metis, bukan untuk bahas soal Moga." Ava agak menggerutu karena sejak meninggalkan halaman Metis, obrolan Sabrina tidak jauh dari Moga. "Kamu naksir? Ya udah, gebet aja sana."
"Ava, salah satu alasan kita masih temenan sampai sekarang adalah tipe cowok kita yang sangat berbeda. Moga bukan tipeku, tapi tipe kamu banget."
"Jadi yang mana yang paling kamu suka?" Ava menegaskan pertanyaan yang sebelumnya dia utarakan agar mereka kembali ke fokus utama. "Dari yang paling enak sampai yang rasanya biasa aja."
"Ava, kamu percaya aku, kan? Nggak ada yang biasa aja di Metis. Everything was exceptional. Bahkan macaron mereka aja beda rasanya dari yang pernah aku beli. Aku nggak tahu apa yang ditaruh Moga di sana, tapi yang pasti, aku bakal balik ke sana buat beli lagi. Éclair mereka juga pas rasanya, nggak terlalu manis dan cokelatnya nggak bikin eneg."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...