21 - SAGE CHOUX

303 33 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Belum sempat Ava membuka pintu kamar, ponselnya sudah menjerit hingga membuatnya hampir tersandung sandal yang dipakainya di dalam rumah. Bergegas mendekati meja makan tempat dia meletakkan tas, Ava meraih ponsel dan melihat nama Sabrina.

Menggeleng pelan, dia menerima panggilan tersebut. "Kenapa, Bri?"

"Ava, perlu ya nanya kayak gitu?"

Meskipun tahu maksud balasan sahabatnya, Ava memutuskan untuk menggoda Sabrina sedikit lebih lama. "Ya aku nggak tahu kamu telepon buat nanyain apa. Siapa tahu ada emergency, atau kamu ngabarin mau ke sini. Aku kan nggak bisa baca pikiran kamu."

Terdengar decakan pelan sebelum Sabrina mengajukan satu pertanyaan yang diyakini Ava menjadi alasan utama sahabatnya itu menelepon, "Gimana date sama Chef Kastra Moga?"

Menjepit ponselnya di antara telinga dan bahu, Ava berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum. Dia sengaja tidak langsung menjawab keingintahuan Sabrina. "Ya begitu aja, sih. Memangnya kamu berharap kayak gimana?" Begitu menuang air dari botol kaca ke dalam gelas, Ava langsung menandaskannya sebelum duduk di kursi ruang makan.

"Ava, aku itu perlu detail, bukan jawaban rancu kayak gitu. That didn't tell me anything."

Mengulum senyum, Ava membuang napas sembari membayangkan kembali makan malamnya bersama Moga. Pria itu mengejutkan Ava dengan pengetahuan serta caranya membawa diri. Mungkin karena pertemuan mereka tadi adalah yang pertama di luar pekerjaan dan hanya berdua tanpa melibatkan orang lain, Moga merasa lebih rileks. Yang pasti, kencan mereka tidak seburuk yang diantisipasi Ava.

"Ya ngobrol biasa aja, Bri. Dia cerita soal tatonya, lalu kami ngobrol soal karir masing-masing. I told him about The Platter, and his reaction was ... different."

"Berbeda gimana maksudnya?"

"He listened, Bri. Dia nggak nganggep mimpiku kerja di The Platter itu berlebihan atau ketinggian. Apalagi aku nggak perlu jelasin The Platter itu apa karena dia udah tahu. Aku cerita soal Lemongrass, dan dia nggak berusaha mengalihkan obrolan kayak cowok-cowok lainnya."

"Apakah ini berarti Chef Kastra udah mengantongi poin plus di mata kamu?"

Mendengar cara Sabrina mengucapkannya seolah-olah Moga sedang mengikuti sebuah kompetisi sontak membuat Ava meloloskan tawa kecil. "Masih terlalu dini buat menilai dia, Bri. Cuma kalau aku harus menilai dari makan malam kami, then yes, he's different and he's scored a point."

"Adakah rencana buat kencan kedua?"

"Aku nggak tahu," balas Ava singkat. "Aku cuma mengiyakan tadi pas Moga nanya apakah lain kali mau diajak keluar lagi. Kami sama-sama sadar bukan remaja lagi yang harus merencanakan kencan kedua. If it happens, then it happens."

"Mau taruhan kapan dia bakal texting kamu?"

"Ogah!" seru Ava. "Aku nggak mau berharap, terus nanti kecewa."

Foolish GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang