Sejak ciuman pertama mereka, Ava dan Moga memutuskan untuk sesering mungkin bertemu meskipun keduanya sama-sama disibukkan dengan pekerjaan.
Untuk pertama kalinya, Ava merasa berat menerima assignment yang mengharuskannya pergi ke Singapura selama tiga hari. Dia mulai nyaman menghabiskan waktu bersama Moga. Sejauh ini, pria itu memang membuktikan semua dugaan Ava, bahwa Kastra Moga berbeda dengan pria-pria yang pernah dia kenal.
Sementara Moga masih sibuk menciptakan resep-resep baru dengan mengeksplorasi buah-buah tropis dan makanan penutup dari Indonesia untuk dia gabungkan dengan makanan penutup dari Barat. Akhir pekan jelas bukan waktu yang pas bagi Moga karena Metis justru sibuk bukan main saat weekend tiba. Sekalipun Moga bisa saja lepas tangan, tetapi dia terlalu mencintai Metis hingga seringkali Ava harus rela pria tersebut mengisinya dengan berada di Metis. Tidak ada keberatan dari Ava sama sekali.
Pertemuan mereka justru lebih sering terjadi ketika hari kerja. Ava biasanya akan langsung ke vila yang disewa Moga jika dia pulang lebih cepat dan sedang ada di sekitar Kerobokan. Begitu juga Moga yang acap kali mampir ke rumah Ava sepulangnya dari Metis meski hanya sebentar. Usaha yang ditunjukkan Moga inilah yang dihargai Ava karena menunjukkan pria itu selalu menepati janji.
Malam ini, Ava datang ke tempat Moga seperti biasa, tetapi dia sempat berganti pakaian lebih dulu. Vila tempat Moga memang lumayan luas, dan mereka lebih sering duduk di taman atau di tepi kolam renang dan mengobrol hingga waktunya Ava pulang. Tidak pernah Moga memaksa Ava untuk bermalam. Bagi Ava, menemukan pria seperti itu di Bali adalah sebuah keajaiban.
"How was your day?" sambut Moga setelah membuka pintu dan mendaratkan kecupan di pipi Ava.
"Busy, as usual," balas Ava. "Bagaimana Metis hari ini? Sibuk juga?" tanyanya ketika mereka berjalan menuju ke dapur. Ava hanya mengikuti Moga tanpa ingin tahu kenapa mereka menuju ke dapur, bukan ke bangunan utama.
"Sedikit lebih sepi dibanding biasanya, tapi justru memberiku banyak waktu untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan administrasi." Moga mengedikkan bahu. "Aku enggak pernah suka berurusan dengan administrasi, tapi aku harus melakukannya. It's just part of the job."
Vila yang disewa Moga merupakan sebuah compound yang terdiri dari tiga bangunan dengan kolam renang yang berada di tengah. Satu bangunan utama terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, dan kamar tamu. Bangunan kedua adalah dapur dengan ruang makan terbuka, dan bangunan ketiga adalah kamar utama. Ada satu bangunan kecil yang difungsikan Moga sebagai gudang yang berdekatan dengan dapur. Ketiga bangunan ini terpisah, dan hal pertama yang melintas dalam pikiran Ava adalah betapa repotnya saat musim hujan tiba karena untuk ke dapur atau ke bangunan utama harus menggunakan payung. Sangat tidak praktis dan merepotkan. Namun vila yang disewa Moga memang terkesan rimbun dengan empat pohon yang ditempatkan di sudut plus banyak tanaman lain hingga menimbulkan kesan adem.
"Kamu lagi masak?" Pertanyaan Ava tersebut bukan tanpa alasan karena begitu memasuki area dapur, tercium aroma harum dan dia melihat dua kompor menyala. "Masak apa?"
"Kita makan malam di sini saja, ya? Aku lagi enggak nafsu untuk makan di luar."
Meletakkan tas di atas meja makan, Ava lantas menyusul Moga yang sudah kembali menekuri panci yang ada di atas kompor. Ava menyaksikan wortel, buncis, kembang kol, dan brokoli yang ditumis dengan menggunakan mentega—karena Ava mengenali aromanya—sementara di wajan yang satunya, tampak Moga sedang memasak daging ayam tanpa tulang yang juga dimasak menggunakan mentega.
"Lagi bosen ya makan di luar?"
Moga mengangguk. "I can make better food at home even though I'm technically a pastry chef, but I can make something other than desserts."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...