26 - PURPLE SNOWBALLS

233 32 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ava, are you home?"

Mendapatkan telepon dari Moga bukan lagi sesuatu yang mengejutkan bagi Ava. Satu hal yang Ava sukai, Moga selalu mengirim pesan singkat lebih dulu dan bertanya apakah dia bisa menghubunginya. Bagi Ava, sikap Moga menunjukkan pria itu menghargai waktunya dan tidak bisa seenak hati menelepon Ava.

Moga mengiriminya pesan beberapa menit sebelumnya, dan karena Ava memang sedang di rumah, dia mengiyakan permintaan Moga untuk menghubunginya. Tidak lama kemudian, nama pria itu muncul pada layar ponselnya. Ava tentu saja langsung mengangkatnya.

"Iya, kebetulan hari ini memang aku memilih kerja dari rumah. Kenapa, Moga?"

"Fancy some desserts? Kebetulan aku baru testing satu resep lagi."

Jika tawaran itu datang lima bulan lalu, Ava dengan tegas akan menolak. Alasannya tentu saja karena dia tidak menyukai makanan manis. Mengenal pribadi Moga lebih jauh ternyata berdampak pada pandangan Ava tentang desserts atau makanan manis. Dia masih pemilih, tapi jika Moga yang membuatnya, sulit bagi Ava untuk menolak. Pria itu tahu kecenderungannya untuk memilih makanan dengan tingkat kemanisan yang tidak berlebihan.

"Apakah aku masih harus jawab pertanyaan kamu?"

Terdengar suara tawa Moga. "Apakah itu berarti kamu suka makanan manis sekarang?"

"Nggak perlu sombong, ya. Bukan gara-gara kamu pastinya," bohong Ava. "Ya udah kirimin aja. Memang kamu baru bikin apa?"

"It's a surprise, but I know you'll love it."

"I'll wait, then."

Setelah itu, Moga mengakhiri panggilan. Sebuah pesan singkat dari Moga diterima Ava, memastikan alamat yang dia miliki sudah benar. Ava melanjutkan pekerjaan sembari menunggu pesanan dari Moga datang.

Sekitar 20 menit kemudian, bel pintunya berdering. Bangkit dari kursi, Ava langsung menuju pintu dan membukanya. Namun Ava membelalak ketika menemukan Moga yang berdiri di depan pintunya, bukan driver ojek online seperti yang dia duga.

Ava mulai merutuk dalam hati karena dia hanya mengenakan celana tidur dan kaus yang lebih layak untuk terus disimpan di dalam lemari. Dia juga tidak mengenakan make-up, hanya mengoleskan sunscreen sejak pagi yang belum dia re-applykarena tidak keluar rumah sama sekali. Rambutnya pun dia kuncir asal-asalan. Sederhananya, tampilan Ava ketika menyambut Moga hanya bisa dia masukkan ke kategori kurang pantas.

"Kenapa nggak bilang kamu mau nganterin langsung? Kan aku bisa pakai pakaian yang lebih pantas," protes Ava yang justru disambut Moga dengan senyum lebar.

"Aku sengaja enggak bilang supaya kamu memang enggak perlu menyiapkan diri secara khusus buat menyambutku."

"Tapi Moga, kamu jadi harus repot-repot ke sini cuma buat—"

Foolish GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang