***
"Ava?"
Spontan Ava mengangkat wajah mendengar panggilan tersebut dan sedikit terkesiap menemukan Moga berdiri di hadapannya. Perlu beberapa detik bagi Ava menyadari bahwa dia memang sedang tidak bermimpi. Moga memang nyata ada di depannya.
"Hi, Moga," balas Ava ringan menutupi keterkejutannya seraya memamerkan senyum. "What a coincidence!"
Ava sedikit meringis begitu menyadari bahwa responnya terdengar terlalu antusias. Dari semua tempat yang ada di Bali, dipertemukan di salah satu kafe favorit Ava memang merupakan sebuah kebetulan yang menurut Ava persentasenya kecil untuk terjadi.
"Did I interrupt you?"
Jika saja yang ada di depannya bukanlah Moga, yang akan diberikan Ava pastilah jawaban yang mustahil disalahartikan. Koreksi, jika ini terjadi di awal perkenalan mereka, Ava pasti langsung memuntahkan jawaban ketus. Namun ini pertemuan pertama mereka setelah makan malam di Settimo Cielo dan Ava sedang mengerjakan satu artikel yang tenggatnya semakin mepet. Ava lantas memutuskan untuk mengesampingkan pekerjaannya, sesuatu yang hampir tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
"Lagi ngerjain sesuatu, tapi nggak urgent, kok," kilahnya.
"Boleh duduk?"
Menunjuk kursi di seberangnya yang kosong, Ava mengangguk. "Sering ke sini?" tanya Ava saat memperhatikan Moga mengedarkan pandangan ke penjuru sudut Coffee & Me yang memang sedang sepi.
"This is my first time." Moga lantas menyesap paper cup yang Ava duga berisi kopi hitam tanpa gula. "Aku sering melewati tempat ini, tapi enggak pernah berhenti. I decided to stop by."
"Bukan karena lihat mobilku parkir di luar, kan?" canda Ava.
Moga menanggapi gurauan Ava dengan gelak. "Nanti aku hafalin nomor mobil kamu beserta modelnya." Pria itu terlihat menggeser posisi duduknya. "Kamu sering ke sini?"
"Nggak bisa dibilang sering, tapi ini salah satu kafe favoritku di Bali. Aku selalu ke sini tiap kali perlu tempat kerja yang bukan kantor atau rumah. Hampir semua staf di sini kenal denganku—dan aku nggak bermaksud buat nyombong," jelas Ava singkat. "I like it here. Nggak terlalu besar, tetapi tetap cozy. Entah berapa banyak artikel yang udah aku selesaiin di sini."
"I can see that." Moga kembali menyesap kopinya. "Apa kabar, Ava?"
"Sedikit lebih sibuk, tapi masih bisa aku handle. Selain soal pekerjaan, kabarku baik-baik aja." Ava menyilakan rambutnya sehabis menanggapi pertanyaan Moga. "Kamu sendiri gimana?"
"Sedang menyusun beberapa resep baru." Ada senyum lebar yang merembet dari bibir Moga ke sepasang mata birunya."Rasanya seperti bermain, tapi dengan tanggung jawab. But it always excites me nonetheless."
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Games
ChickLitSebagai Virgo sejati, hidup Auva Zavijava tidak pernah lepas dari daftar tujuan yang ingin dicapainya dalam hidup. Sejak SMP, tidak ada satu pun mimpi Ava yang gagal diraih. Dia selalu mendapatkan semua yang didambakannya. Ketika posisi assistant e...