BAB 3 - NAKSIR

452 111 318
                                    

"Memandang mu saja membuatku meleleh, apalagi bersamamu."

- Avano Rafandra -

****

AWAL pagi yang sangat indah dan juga sangatlah cerah, tetapi sayang tidak secerah raut wajah Avano.

Jujur saja, pagi ini Avano tidak berniat berangkat ke sekolah tetapi apalah daya nya jika ia di rumah, dia hanya akan terus menerus dimarahi.

Avano menatap pantulan wajahnya di cermin, "moga aja Gara lupa kejadian semalam."

Avano masih memikirkan bagaimana respon Garald ketika bertemu dengan dirinya. Ingin rasanya Avano menghilang dari bumi untuk sesaat, dia benar-benar malu akan kejadian semalam.

"Ya Tuhan semoga Gara lupa."

Setelah bersiap dan memakai seragam sekolah Avano keluar dari kamar dan ingin berangkat ke sekolah.

Tetapi nihil, seperti nya akan ada drama baru untuk pagi ini yang disutradarai oleh papa Avano.

"Berhenti Avano!" Seru Damon Rafandra, papa Avano.

Avano mengembuskan nafas kasar lalu menatap kedua pria yang sedang makan di meja makan. Siapa lagi jika bukan kakak dan papah-nya.

"Apa?" tanyanya memalas tanpa berniat menghampiri pria tua itu.

Di sela-sela makannya, Damon menghampiri Avano yang tak terlalu jauh dari ruang makan.

Plak.

Wajah Avano memerah akibat bekas tamparan dari sang papa. Tapi tidak masalah, itu sudah makanan sehari-hari Avano ketika ia akan beranjak ke sekolah.

"Anak berandalan!"

"Apa begitu bicaramu kepada orang tua?!"

Avano memutar bola matanya, hampir tiap hari pria tua ini mengatakan hal yang sama. Dia tidak bosan apa?

"Lihat kakakmu!"

"Dia tidak pernah membuatku marah sedikitpun! Apa kau tidak bisa menirunya?!"

"Tidak."

Balasan Avano membuat ayunan tangan Damon kembali mendarat di pipi nya.

"Kau benar-benar tidak berguna!"

"Hanya tepung terigu yang serbaguna." Kekeh Avano.

"AVANO!"

"Berisik," tutur Avano sembari mengalihkan perhatiannya ke sembarang arah.

"Kamu benar-benar anak yang tidak berguna!" Baru saja ayunan tangan itu ingin kembali mendarat, tetapi spontan Rigel menghentikan nya.

"Papa. Rigel mohon berhenti, dia putra papa juga." Bela Rigel kepada saudara laki-laki nya.

"Lihat kakakmu, selalu membelamu. Tidak bisakah sedikit saja kau menirunya?!"

"Kakakmu pintar, baik, selalu merawat ku, tidak bisakah satu sifatnya itu kamu tiru?"

"Love yourself." Pukas Avano sembari berlalu pergi dari rumah.

"Ck, anak berandalan. Seandainya saja darahku tidak mengalir di tubuh nya, telah dari dulu aku mengusirnya dari sini."

Astagaa Avanoo, bagaimana cara agar aku bisa membuatmu mengerti? Batin Rigel.

***

RUNAWAY [ E N D ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang