BAB 21 - KEBONGKAR

204 45 62
                                    

"Ternyata wajah polos tidak menjamin kebaikan di hati."

– Zayyansyah –

*****

MATAHARI naik perlahan-lahan menampakkan sinar-nya, burung-burung berterbangan kemari meramaikan langit luas pertanda pagi telah datang.

Terlihat beberapa kelas telah memulai aktivitas pagi nya yaitu belajar. Hingga waktu tak terasa berlalu mengganti aktivitas murid yang sekarang beristirahat.

"Kalian pada nyadar ngga kalau Fikhan berubah gitu?" celetuk Avano membuka pembicaraan.

Sejak pagi, Avano sering memperhatikan Fikhan yang sikapnya tidak seperti biasa. Fikhan yang ceria seakan lenyap, bahkan sendari tadi Fikhan tidak pernah berbicara dan lebih memilih untuk pergi menyendiri.

Teman-teman yang lain pun mengangguk menyetujui ucapan Avano. Karena seperti saat ini, mereka tengah makan siang di kantin tetapi Fikhan pergi ntah kemana.

"Kesambet kali tuh anak," kekeh Deon bercanda.

"Mungkin ada masalah keluarga kali," timpal Zayyan setelah menyeruput minuman nya.

"Kasian juga tuh anak murung mulu," tutur Garald ikut menambah.

"Bener, kalau gitu gua mau bawain makanan buat dia, sapa tau kelaperan," usul Ivander sembari berdiri dari duduknya. "On, temanin gua." Ivander menarik Deon agar mengikutinya.

"Lu santai dong! Baju gua kusut nih, lu pikir nyetrika mudah apa?" cibir Deon kesal seraya melepaskan tangan Ivander dari bahunya sambil merapikan seragam yang ditarik Ivander tadi.

"Tumben amat lu peduli ama tuh anak?" sahut Deon bertanya ketika mereka berdua mulai menyusuri koridor kelas mencari keberadaan Fikhan.

"Gua mau jelasin sesuatu ama elo," ujar Ivander dengan pandangan mengarah kemana-mana mencari sosok Fikhan.

Kening Deon berkerut heran, "Jelasin apaan?" tanyanya.

"Fikhan!" seru Ivander sembari berlari menghampiri seseorang yang melamun di pinggir lapangan. Deon pun hanya mengikuti Ivander.

"Lu ngapain ngelamun disitu? Kek gembel aja," gurau Deon diiringi tawa kecil.

"Ayo, ikut gua." Ivander menarik Fikhan seperti yang dia lakukan tadi oleh Deon. Sedangkan Fikhan hanya pasrah ditarik seperti itu.

Ivander membawa Fikhan dan Deon ke gudang sekolah, tempat biasanya mereka berkumpul bersama-sama.

"Lu napa sih?" tanya Deon keheranan, terlebih lagi melihat Ivander yang langsung menutup pintu gudang dengan cepat.

"Fikhan udah tau semua, tentang pengkhianatan Kyomi," jelas Ivander.

"Sekarang lu percaya ama gua, 'kan Fi?" tutur Deon memandangi Fikhan terduduk pasrah di salah satu kursi.

"Kita harus bagaimana?" tanya Fikhan pasrah.

"Mau bagaimana lagi? Biarin saja Pano dan Kyomi seperti ini. Karena ada baiknya juga Pano dan Kyomi bersama, Pano bisa merasakan cinta meskipun nantinya hanya sekejap," ungkap Deon terus terang.

"Bersenang-senang dahulu, bersedih-sedih kemudian," tambah Ivander.

"Meskipun nanti pengkhianatan Kyomi seiring berjalan waktu bakalan kebongkar," lanjut Deon.

"Maksud kalian?" sela Zayyan setelah pintu gudang terbuka. Zayyan dan Garald kebingungan mendengar percakapan mereka.

"Lu kok bisa masuk?" tanya Ivander sembari menarik Zayyan dan Garald masuk ke dalam gudang dan mengkunci pintu gudang tersebut.

RUNAWAY [ E N D ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang