Hah! Hah! Hah!
Mara membaui bau mulut dengan menghembus kedua telapak tangan. Untung saja, permen mint yang diberikan resepsionis tadi sedikit banyak berhasil mengurangi bau jengkol yang fantastis di mulutnya.
Bersama dua peserta wawancara yang lain, Mara menunggu giliran dengan duduk manis di ruang tunggu. Sebuah ruangan 3x4 meter yang hampir seluas kamar tidurnya.
Kecil banget kamar Mara?! Yah, begitulah, bestie.
Lantai tiga ruko mereka itu memang difungsikan sebagai kamar Mara. Merangkap gudang penyimpanan barang-barang tak berguna seperti; foto mantan, tiket nonton bersama mantan atau t-shirt couple bareng mantan.
"Mbak, sudah pengalaman kerja?" tanya seorang wanita yang duduk di sebelah Mara.
"Kerja?" Mara memindai wanita yang jelas terlihat jauh lebih muda darinya itu.
Sapuan make up tipis melapisi wajah, sama sepertinya. Alis melengkung rapi, hidung mancung, tidak jauh berbeda dengan dia. Bibir penuh, seksi, nyaris seperti Angelina Jolie. Bibir yang mampu membuat khayalan kotor menggantung di benak para lelaki.
Sial! Kalau urusan bibir, Prisia Nasution jelas kalah telak dengan Angelina Jolie. Saingan berat!
"Ehem! Udah dong. Saya sudah pernah masuk beberapa perusahaan. Kenapa?" tanya Mara.
"Oh, ngga. Cuma tanya saja. Sesuai dugaan ternyata mbak sudah berpengalaman. Perusahaan apa saja, mbak?"
"Banyak sih. PT Jaya Tambang, PT Bonar Batu Bara, PT Java Internasional dan lain-lain saya sudah tidak ingat." Mara tersenyum tipis menarik sebelah sudut bibirnya.
"Wah, hebat! Itu perusahaan besar semua, mbak. Masuk ke sana kan susah."
"Masa susah?"
"Iya, mbak. Aku udah pernah coba juga tapi tidak lolos. Mbak hebat banget!"
Mara mengibaskan rambutnya.
Hebat lah. Aku kan masuk ke sana untuk ngenterin pesanan nasi box. Mana ada susahnya? Dia terkekeh dalam hati.
"Kalau gitu kenapa mbak malah melamar kerja di sini, yang pengalaman kerja tidak diutamakan?"
Mampus! Minta diulek kayaknya tuh mulut. Nanya mulu.
"Emm kalau itu - saya ini orangnya suka tantangan. Jadi, saya penasaran ajah apa rasanya kerja sebagai sekretaris. Sounds fun, right?"
Ya elaah ngomong apaan sih kamu, Mara? Bilang aja kamu pengangguran, butuh duit jajan. Tantangan - tantangan segala.
"Mutiara Kasih! Silahkan masuk!" suara seorang pria memutus obrolan mereka.
"Saya masuk dulu ya, mbak. Senang bisa ngobrol sama mbak."
Mara mengangguk samar.
"Ohh nama dia Mutiara Kasih. Udah kayak acara penggalangan dana," gumamnya.
Dua puluh menit berlalu, Mara gusar di tempat duduknya. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan tidak sabaran. Berharap sebentar lagi si bibir Angelina Jolie itu keluar dengan wajah cemberut karena wawancaranya gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bantal, Kopi dan Teman Tidur
Romance[SUDAH TERBIT CETAK] "Sigap, cekatan dan sabar." Gintang Mahendra, seorang CEO muda yang tampan menyebutkan ketiga syarat itu sebagai pengganti sekretaris warisan ayahnya yang mengundurkan diri. Tergiur dengan syarat yang mudah, Tamara Lovanta melam...