Bernama lengkap Andini Kusuma. Wanita muda yang akrab dipanggil Dini itu tahun lalu sudah menyelesaikan pendidikan strata-2 arsitektur di Singapore. Dan itu berarti, sudah waktunya Dini kembali ke Indonesia.
Dini bukan seorang pembangkang. Dia putri cantik nan penurut sejak kecil. Dia menempuh pendidikan di jurusan arsitektur pun semua berdasarkan arahan dari kedua orang tuanya. Dan dia juga tidak menolak saat Wisnu Kusuma, abang tertua ayahnya itu, hendak menariknya untuk mengurus proyek besar Kusuma Karya Konstruksi.
"Tapi dengan satu syarat ..." ucap Dini suatu hari dalam sebuah acara keluarga.
"Syarat?" Wisnu menelengkan kepalanya.
Keponakan cantinya itu selama ini tidak pernah membuat permintaan yang aneh-aneh. Hal terakhir yang Dini pernah minta hanyalah tiket ke Hawaii sebagai hadiah wisuda dan itu bukan sesuatu yang sulit bagi mereka.
"Apa syarat yang kamu inginkan, din? Sebutkan saja!" ulang Wisnu dengan keyakinan kalau kali ini dia juga bisa memenuhi permintaan Dini.
"Aku mau Kusuma Karya Konstruksi bekerja sama dengan Mahendra Grup dalam penyediaan furniture dan interior," pinta Dini menatap lurus tak berkedip.
"Mahendra Grup? Kenapa? Kita kan sudah punya vendor lain dalam penyediaan furniture dan interior," sergah Wisnu.
"Oh, terserah Om Wisnu aja deh kalau begitu. Cari saja arsitek lain yang bisa om percaya." Dini mengerdikkan bahunya.
"Aduh, jangan begitu dong, Din. Om lagi trauma sama arsitek-arsitek om yang kemarin. Tidak ada yang becus! Tapi tolong kasih penjelasan lain, kenapa kamu kepengen kita kerjasama dengan perusahaan itu? Ada apa di sana?" cecar Wisnu.
"Well, begini sih. Simple-nya ya, om ... karena di sana ada Gintang Mahendra, CEO di perusahaan itu," ucap Dini.
"Gintang? Penerus Gilang Mahendra?" Wisnu menaikkan alisnya.
Om ..." Dini memajukan posisi duduknya. "Gintang cinta pertama Dini, om."
"Oh ..." Wisnu membulatkan mulutnya.
Manusia kolot seperti dirinya pun tahu apa artinya kalau seorang wanita sudah berbicara tentang cinta pertama. Bahwa itu sesuatu yang sangat berharga seperti harta karun perompak. Apalagi jika diucapkan dengan mata berbinar-binar.
"Oke! Kalau begitu om akan mengajukan kerjasama dengan Mahendra Grup, untuk proyek apartemen yang baru. Dan kamu ..." Wisnu mencolek hidung Dini. "... kamu akan bertanggung jawab atas proyek itu. Setuju?!"
"Setuju, om! Om Wisnu yang terbaik, tergagah, terhebat, pokoknya yang ter - ter - ter deh ..."
***
"Dini ...?" Gintang meraba pipinya yang berdenyut.
Sudah sepuluh tahun yang lalu. Tapi tak satupun detail dari kejadian itu yang dia lupakan.
Siang itu, di depan pintu kelas XII, bersama Andini Kusuma, dia mendapatkan kejadian kombo yang serba pertama baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bantal, Kopi dan Teman Tidur
Romance[SUDAH TERBIT CETAK] "Sigap, cekatan dan sabar." Gintang Mahendra, seorang CEO muda yang tampan menyebutkan ketiga syarat itu sebagai pengganti sekretaris warisan ayahnya yang mengundurkan diri. Tergiur dengan syarat yang mudah, Tamara Lovanta melam...