EPILOG

2.9K 155 4
                                    

Gintang tidak pernah tahu kalau dirinya bisa berubah sejauh itu sebagai seorang pria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gintang tidak pernah tahu kalau dirinya bisa berubah sejauh itu sebagai seorang pria. Dulu, dia bukan seorang pria sensitif dan peka seperti Gumarang yang selalu bisa memahami Gita yang mood-nya sedang jungkir balik saat datang bulan.

Dia juga bukan Gemilang yang pandai merangkai kata-kata untuk membuat seorang wanita klepek-klepek. Dalam hal ini, dia juga jauh sekali dari bayang-bayang ayahnya yang seorang penakluk wanita pada jamannya.

Tetapi, kehadiran Mara telah sangat menyempurnakan dirinya. Mara yang apa adanya dan ceplas-ceplos, membuat Gintang tak perlu repot menebak-nebak keinginan wanita itu. Dan, dia ingin terus menghabiskan lebih banyak waktu bersama wanita itu.

***

Hingga akhirnya mereka kembali pada aktifitas yang sesungguhnya sebagai boss dan sekretaris di Mahendra Grup serta sebuah bisnis baru yang akan dikerjakan Mara.

"Aku suka dengan rancangan ini ..." ujar Gintang menundukkan pandangannya ke atas blue print apartemen ramah lingkungan rancangan Mara bersama seorang arsitek bawaan Pak Ilham.

"Apartemen ini terdiri dari 50% bangunan dan 50% ruang hijau. Taman-taman juga akan difasilitasi pet feeding area (tempat memberi makan hewan). Jadi kucing atau anjing yang berkeliaran bisa makan dan minum di sana," ujar Mara tersenyum bangga, bisa mengelola pemberian Gintang dengan benar.

"Hebat!" puji Gintang. Ikut bangga dengan istrinya yang paket komplit.

Proyek apartemen perdana Mara itu akan menjadi terobosan baru bagi Mahendra Grup. Mereka tak perlu lagi mengemis-ngemis proyek apartemen, karena bisa membuat apartemen mereka sendiri.

Sekaligus membuktikan pada Wisnu dan Andini Kusuma bahwa tanpa bantuan mereka pun Mahendra Grup tetap menjadi perusahaan home appliance nomor satu di Indonesia dan Swedia.

Terlebih pada Dini, dia akan membuktikan bahwa wanita yang sebelumnya dia anggap rendah, ternyata bisa unggul dalam banyak hal. Juga bahwa seorang sarjana teknik sipil dalam negeri juga bisa merancang sebuah apartemen yang membuat pesaing bisnis mereka ketar-ketir.

"Aku kan ngga mau terlihat sebagai wanita yang hanya mengincar harta kamu saja, tang ..." ujar Mara mengusap paha Gintang.

"Kalaupun ada yang bilang begitu, aku ngga masalah ..." sahut Gintang sekilas menatap pergerakan tangan Mara.

"Aku yang masalah. Meski dalam proyek ini aku bakal ngabisin uang kamu sampai miliaran, tapi aku ngga mau dibilang aji mumpung dapet suami konglomerat," ujar Mara menggesekkan hidungnya ke lengan Gintang.

"Iya ... aku tahu. Kamu sudah berusaha keras merancang ini semua. Bulan depan proyek sudah mulai berjalan kan? Urusan interior dan furniture serahkan saja pada tim desain dari Mahendra Grup. Kamu hanya tinggal berusaha lebih keras lagi mengawasi pembangunan proyek itu," jelas Gintang, menelan ludah saat tangan Mara tak berhenti hanya mengusap pahanya saja.

"Nanti malam - ayah, ibu dan kembaran kamu jadi menginap di rumah kita? Aku udah minta Mbak Wini beresin kamar tamu." Mara mendekap lengan Gintang dan menempelkan pipinya.

"Jadi sih. Gemilang masih menimbang-nimbang akan balik ke London atau tidak. Terus, ibu dan Gumarang ada acara charity (amal) di Yayasan dekat rusun lonte," ujar Gintang mengusap kepala Mara dengan tangannya yang bebas dari gelayutan wanita itu.

"Yayasan apa?" tanya Mara menghirup wangi kemeja Gintang yang masih tergulung sampai pangkal lengan.

"Aku kurang paham, yayasan disabilitas tuna rungu atau tuna netra? Nanti kamu tanya ibu saja. Sekalian ajak juga ibu kamu dan Tiur ikut charity. Kegiatan sosial itu rutin dilakukan ibu semenjak menjadi wanita di keluarga Mahendra."

"Oh ... kalau begitu, sebelum aku bekerja keras lagi sebagai wanita di keluarga Mahendra, boleh aku mengeraskan yang lain dulu?" bisik Mara memancing cengiran pasrah Gintang.

Dia pun tak dapat mencegah Mara yang menyeret lengannya menuju kamar. Kemudian memasrahkan dirinya untuk dilucuti, digerayangi dan dibuat tak berdaya oleh wanita yang tak hanya berhasil mengantarkan dirinya pada puncak karir tertinggi, tetapi juga pada kenikmatan duniawi yang tak tertandingi.

"Aku cinta kamu, Mara. Americano ku, bantal ku, teman tidur ku ..." ucap Gintang.

"Aku tahu ..." bisik Mara mengurai rambutnya yang tadi tergulung dan mengibaskannya dengan sangat seksi.

🍓🍓🍓

Bantal, Kopi dan Teman Tidur - TAMAT

Karawang, 17 Juni 2023

Salam/Fredy_

---------------------------------------------------------------------------------------------

Hai, readers!

Akhirnya, setelah perjuangan panjang melakukan revisi sana-sini dalam novel Bantal, Kopi dan Teman Tidur, awal tahun depan, novel yang selama ini membuat kalian menghalu dan ngakak-ngakak, segera bisa dipeluk dalam bentuk cetak! 😊😊😊

GoldenBrown X Teori Kata Publishing
akan bekerjasama untuk menerbitkan novel Gintang-Mara tersebut dan tentunya akan ada hadiah-hadiah menarik bagi pembeli novel cetak Bantal, Kopi dan Teman Tidur.

So, kapan nih bisa diordernya?
Tunggu saja!

Salam Stoberi/Fredy_ aka GoldenBrown

Bantal, Kopi dan Teman TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang