Terobsesi!
Dini mengakui dalam keadaan sadar kalau dia terobsesi dengan Gintang Mahendra sejak di bangku SMA. Gintang yang cool - tak banyak bicara, tapi bisa buas saat membela sahabat atau saudaranya benar-benar membuat dadanya bergetar.
Perasaan ingin memiliki seutuhnya itupun menggulung begitu hebat di hatinya. Hingga mereka berpisah untuk menempuh pendidikan di negara berbeda, Dini terus mengumpulkan semua informasi tentang Gintang.
Bukan tentang anak siapa Gintang, seberapa kaya orang tuanya atau prestasi apa yang pernah diraih pria itu. Saat remaja Gintang malah pernah terlibat masalah dengan genk motor. Dia sempat dianggap sebagai pencoreng nama besar keluarga Mahendra.
Tetapi, bukan itu semua yang membuat Dini terobsesi pada Gintang. Dia terobsesi karena pria itu adalah Gintang Mahendra! Itu saja dan - itu gila!
"Gintang ... biarin aja dia yang beli. Dia kan sekretaris kamu dan aku tamu kamu - klien perusahaan kalian. Sudah seharusnya dia bantu menjamu tamu kamu dengan baik," cerocos Dini kesal mendengar Gintang menelepon office girl untuk membantu Mara.
"Aku tiba-tiba keingetan pekerjaan yang harus dia beresin. Lebih baik dia nunggu saja di ruangan sambil beresin kerjaan," sahut Gintang.
"Jadi tadi sampai mana ya, Pak Wisnu? Oh ya, dua puluh unit siap huni. Baik, saya akan melihat-lihat ke sana bersama staff yang akan mengerjakan." Gintang melanjutkan obrolan seputar proyek tanpa mempedulikan Dini yang menekuk wajahnya.
Sekepergian Dini dan Wisnu Kusuma, Gintang termenung sendirian di ruangannya. Kenapa kehadiran Dini dalam proyek ini sepertinya membuat urusan pekerjaan menjadi rumit? Wanita itu terus saja menyerang Mara, padahal seperti yang dia katakan - Mara hanya seorang sekretaris. That's it!
Bukan tanpa alasan Gintang selama ini menghindari hubungan asmara. Hidup dengan dua orang wanita (ibu dan adik bungsu) di rumah membuat dia hapal betul segala jenis keribetan yang harus ditanggung seorang pria.
Kini, sebagai satu-satunya penerus perusahaan, dia mau tak mau harus menjaga hubungan baik dengan Dini. Yang mana nantinya akan berpengaruh pada nama besar Mahendra Grup juga ayahnya.
"Akh!" Gintang menekan dadanya seraya bergumam, "gini banget sih ..."
Gintang menunduk dan memijat bilah di antara dahinya. Americano yang dibawakan Mara memang berhasil membuat dia terjaga sepanjang siang. Tapi belum berhasil membuat hatinya tenang. Dia butuh ketenangan.
"Kamu mau nemenin saya?"
Dan entah kerasukan angin dari gunung mana, Gintang berdiri di depan ruangan Mara dan mengajak wanita itu untuk menemaninya. Yang dia pikirkan hanyalah sebuah ketenangan dan pikirannya secara otomatis mengarah pada Mara.
Lucunya, wanita itu menurut saja.
"Pak, ini istana presiden ya?" tanya Mara, mengucek matanya tak percaya. "Gede banget ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bantal, Kopi dan Teman Tidur
Romance[SUDAH TERBIT CETAK] "Sigap, cekatan dan sabar." Gintang Mahendra, seorang CEO muda yang tampan menyebutkan ketiga syarat itu sebagai pengganti sekretaris warisan ayahnya yang mengundurkan diri. Tergiur dengan syarat yang mudah, Tamara Lovanta melam...