"Kamu - kamu suka ke sini, tang?" tanya Mara yang sudah diwanti-wanti untuk tidak memanggil dengan sebutan 'Pak Boss', tercengang.
Gintang menarik senyum. Mereka tiba di sebuah toko pastry bergaya shabby chic yang girly banget.
"Kue di toko ini enak. Saya sering mampir kalau lagi butuh asupan yang manis-manis. Sudah pernah ke sini?" tanya Gintang.
Mara menggeleng. Mana mungkin dia pernah ke tempat seperti itu? Lambungnya dari bayi sudah disesuaikan dengan isi dompet yang lebih cocok membeli kue putu dan ongol-ongol, ketimbang kue-kue mahal.
Gintang membuka pintu mobil bagi Mara. "Aku suka fashion kamu hari ini. Kemeja kuning itu pas banget sama kamu. Cute ..." bisiknya.
Mara refleks menunduk ke arah kemejanya.
Oh, ini kemeja yang dibelikan ibu dari pasar. Kata ibu dari harga enam puluh ribu, ditawar jadi empat puluh ribu. Ibu Cempaka memang hebat!
Pelayan toko kue berkostum maid ala eropa menyambut mereka. Gintang yang terlihat hapal dengan seluk beluk toko itu, tanpa ragu berjalan ke arah etalase kue dan menunjuk-nunjuk.
"Chocolate de ville ..." tunjuknya pada sepotong kue dengan potongan stoberi di atasnya.
"Orange Crusty Pie dan Americano ... ohh ngga ... saya mau tidur malam ini - tropical iced tea saja."
Gintang menoleh Mara yang terbengong menatap deretan kue di etalase. Mata wanita itu berbinar cerah. Wanita mana yang tidak suka disuguhi kue-kue cantik seperti itu?
Gintang mengamatinya dari dua wanita yang ada di rumahnya. Ibu dan adik perempuannya selalu menjerit senang setiap kali ayah mereka pulang membawa kue-kue cantik.
"Gintang ..." Mara menarik ujung jas Gintang. "Saya ngga ngerti mana yang enak. Pilihin aja deh ..." bisiknya jujur.
Gintang tertawa kecil. Dia banyak tertawa hari ini. "Lebih suka keju atau coklat?" tanyanya memastikan agar tidak salah pilih.
Aduh, mas. Kalau ditanya begitu aku tuh kayak spontan pengen bilang 'lebih suka kamu'. Mara tersipu mengusap pipi.
"Kok bengong?" Gintang mengusap pucuk kepala Mara.
"Eh, keju. Yang coklat minta punya kamu aja ... eeh ..." Mara membekap mulut. Ya ampun, kalimat terakhir itu harusnya tetap di dalam kepala saja.
"Hmm ... buat nona ini Strawberry cheese cake dan triple choco," ucap Gintang disambut anggukan pelayan toko.
Oh, dia tetep pesenin coklat buat aku. Mungkin ngga mau kalau aku minta. Oke! Aku juga ngga akan bagi cheese cake aku.
Mereka duduk bersebelahan di sofa berbahan lembut. Mara agak khawatir kalau terlalu lama duduk di sana, dia bisa tertidur dalam hitungan lima detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bantal, Kopi dan Teman Tidur
Romance[SUDAH TERBIT CETAK] "Sigap, cekatan dan sabar." Gintang Mahendra, seorang CEO muda yang tampan menyebutkan ketiga syarat itu sebagai pengganti sekretaris warisan ayahnya yang mengundurkan diri. Tergiur dengan syarat yang mudah, Tamara Lovanta melam...