UJIAN PERTAMA

10.6K 1.1K 23
                                    

"Hallo, pantry? Tolong antarkan kopi ke ruang CEO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo, pantry? Tolong antarkan kopi ke ruang CEO. Kopi hitam. Iya - saya Gintang. Iya - Pak Boss. Memang ada berapa orang yang punya nama aneh kayak saya di kantor ini?" ujar Gintang kesal.

Office girl di pantry nampak ragu mendapat perintah mengantar kopi ke ruang CEO. Terlebih lagi Gintang sendiri yang memesan langsung. Sebuah kejadian langka yang patut diabadikan.

"Antarkan sekarang! Saya tunggu!" Gintang membanting gagang telepon.

Dia gagal menenangkan diri. Rahangnya mengencang. Tidak ada Reno, artinya dia kehilangan orang yang mengaturkan jadwalnya. Tidak ada Reno, sama dengan dia harus melakukan segalanya sendirian. Dan - tidak ada Reno berarti juga tidak ada yang membawakan kopi pagi.

"Pria sialan!" umpat Gintang dari balik laptopnya.

Entah sudah berapa kali dia mengumpat pagi itu. Namun, akhir-akhir ini emosinya memang kurang stabil. Terlebih kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Tanpa berniat menutupi, Gintang sadar betul kalau itu semua pasti berkaitan dengan jam tidurnya yang semakin pendek.

Puncaknya, pagi ini dia sukses lepas kendali, di depan seorang wanita. Yang dengan lancang masuk ke ruangan CEO saat tidak ada siapa-siapa dan mengaku sebagai sekretaris barunya.

Sekalipun perlu diakui kalau kemeja pas badan, span di atas lutut dan sepatu hak tinggi wanita itu terlihat begitu sempurna. Selain itu wajahnya juga cantik. Tetapi sayang sekali, saat itu akal sehat Gintang terlanjur lenyap akibat kelakuan Reno.

Gintang mengernyit dan mengumpat - lagi - tanpa suara. Saat tiba-tiba seberkas perasaan tak enak menyergapnya.

Bunyi 'bruk' pintu yang tadi dia banting nampaknya terlalu keras untuk diterima seorang wanita. Gintang termangu di meja kerjanya. Karena bisa jadi - sudah pasti - wanita itu juga korban dari jebakan Reno.

"Keparat Reno! Gara-gara dia sekarang aku harus minta maaf sama seorang wanita yang ... siapa tadi namanya? Ahhh, sialan!" rutuknya.

Gintang memundurkan kursi dan berjalan memutari mejanya. Sedikit ragu kalau wanita itu masih menunggunya setelah bantingan pintu tadi. Tetapi, sekedar mencoba, Gintang berniat mencarinya dan meminta maaf.

Rupanya alam semesta mendukung keinginan mulia boss muda itu. Tepat saat Gintang membuka pintu, Mara sudah berdiri di sana dengan nampan berisi kopi yang seharusnya dibawa office girl.

"Pak Boss, ini saya bawakan kopi dan sarapan," ujar Mara sigap. Poin lain yang ada dalam pengumuman lowongan kerja.

Gintang terdiam membeku. Setelah sempat membayangkan tubuh yang terlihat sempurna dalam balutan busana kantoran itu, kini dia bisa mengamati dengan jelas wajah sekretaris barunya itu.

Tunggu! Siapa yang sudah menyetujui wanita itu sebagai sekretaris? Jelas-jelas dia belum melewati tahap-tahap uji kelayakan. Kontrak itu belum sah sampai dia tanda tangan kontrak secara sadar dan tanpa paksaan.

Bantal, Kopi dan Teman TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang