SEBUAH PERSIAPAN 'MATANG'

7K 702 25
                                    

"Pak, saya lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, saya lapar ..." ucap Mara setelah menyetir selama sepuluh menit di jalanan yang padat.

"Astaga! Kamu ngga ngingetin. Tadi kan saya udah bilang pilih saja mau makan apa. Kita bisa berhenti sebentar," ujar Gintang. Merasa bersalah karena dia malah melamun sejak masuk mobil.

"Iya, pak. Terlanjur maksiat nih ..." lirih Mara yang mulai merasakan perih di bagian perutnya.

"Maksiat? Emang saya ngapain kamu?" tanya Gintang menjengit kaget.

"MAKan SIang telAT, pak. Untung ibu saya ngga tahu kalau saya telat makan. Bisa-bisa kena omel 1x24 jam," tutur Mara.

"Kalau gitu, kamu mau makan di mana?" tanya Gintang, si paling takut diomelin ibu-ibu.

"Tadi sih ada tukang siomay Bandung, pak. Tapi yang bikin orang Jakarta." Mara menunjuk ke arah belakang mobil.

'Terus? Kamu mau cari siomay yang dibuat orang Bandung asli? - Di Jakarta? Ngaco saja deh."

"Oh, saya tahu, pak. Rumah makan padang yang masak orang padang asli - di Jakarta."

"Terserah kamu saja deh. Saya nurut ..."

Menjauh dari jalan utama, Mara memutar stir menuju sebuah jalan satu arah yang sepi. Kemudian menepikan mobil Gintang di depan sebuah rumah makan kecil bertajuk 'RM Uda Metropolitan'. Cita rasa padang pariaman di Jakarta.

"Makan ciek da!" seru Mara dari pintu masuk.

"Makan di siko atau bungkui?" tanya pria paruh baya, pemilik rumah makan merangkap pelayan.

Mara menengok Gintang seolah meminta persetujuan pria itu. "Terserah kamu saja, saya ngga ngerti."

"Makan di siko, da ..." ucap Mara sumringah.

Mara melahap nasi rendang, telur dadar dan sayur nangka ngga pakek jaim-jaim club. Gintang yang teringat onigiri dan susu pisang di meja kerjanya, hanya memesan teh melati hangat sambil memperhatikan Mara yang kelaparan.

"Pak, ngga mau coba nih? Enak loh ..." ucap Mara mengacungkan sepotong nangka.

"Silahkan, Mara." Gintang tersenyum dan mempersilahkan dengan tangannya.

"Oh ya, sambil kamu makan, saya mau kasih sedikit info kegiatan saya besok. Eemm ... kamu denger saya kan?" tanya Gintang memastikan.

"Aia putiah, da!" Mara mengangkat tangan kirinya, meminta segelas air putih.

"Mara? Kamu denger saya kan?" tanya Gintang menjulurkan tangan menyentuh tangan Mara yang sedang mencomot dadar telur.

"Eh, ya pak? Mau saya suapin?"

Gintang berdecak. "Saya mau ngomongin kerjaan sama kamu. Dengerin!"

"Siap, pak. Saya sambil makan ya. Lagi enak-enaknya nih, pak."

Bantal, Kopi dan Teman TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang