3.🌼 Di kawal 8 pangeran

19.9K 751 15
                                    

Happy reading
.
🌼
.

Di pagi hari berikutnya di kediaman Alya dan Gara, semua sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga mereka berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.

"Pagi semua!" Sapa Alin pada yang lain.

"Pagi sayang/princess."

Alin duduk manis di kursinya seraya tersenyum manis dengan melipat kedua tangannya di atas meja makan.

"Adek mau diantar Papa?" Tanya Gara pada sang putri.

"Alin sudah janji kalau hari ini di antar sama bang Arkan." Gara mengangguk mengerti lalu mengelus kepala anaknya dengan sayang.

"Ayo lanjut makan, terus berangkat."

Mereka pun melangsungkan acara sarapannya dengan tenang hingga habis.

"Kami antar adek dulu ya, ma." Salam Argan mencium kening Alya, begitupun dengan saudaranya yang lain bergantian pamit.

"Hati-hati bawa mobilnya boy." Ucap Gara pada putra-putra nya.

"Papa tenang aja." Jawab Alfan.

"Alin pergi dulu, assalamualaikum." Pamit Alin.

"Waalaikumsalam, hati-hati sayang."

Mereka menggunakan dua mobil untuk pergi mengantar Alin, Albian dan Alden ke sekolah mereka.

Membelah jalanan kota hingga sampai di sekolah elit, kedatangan nya membuat para siswa dan siswi yang masih di sana heboh melihat nya.

Mobil yang di gunakan nya adalah mobil yang hanya di miliki 10 orang di dunia! Bayangkan itu.....

"Gila."

"Keren banget njir."

"Gila, gilaa!."

"Mobil itu baru keluar minggu lalu."

"Langsung dua donggg."

"Padahal hanya sepuluh di dunia."

"Ngeri."

"Anak baru kah?"

"Eh, tapi gak ada info."

Kira-kira begitu komentar mereka semua.

Pintu mobil terbuka dan keluarlah lima 'A' disusul oleh Albian, Alden dan yang terakhir Alin sendiri.

"Itu Alin anjir!"

"Princess dengan ke 8 pangerannya!"

"Kakak Alfan tambah ganteng."

"Oh my God."

"Ah, ketemu sama kak Alfan."

"Mau pingsan rasanya."

"Iri banget sih."

"Gila sih itu, semua profesi ada."

"Mau daftar jadi istri ah."

"Ayo kakak antar sampai kelas." Ujar Argan menggenggam dengan lembut tangan Alin.

Alin tersenyum dan mengangguk saja mengikuti Argan, yang lain di belakang hanya diam menatap tajam para pria yang menatap Alin seakan akan ingin memakan adiknya.

Apa-apaan itu semua!

"Sialan mereka semua!" Batin Arkan.

"Mata mereka lumayan, kebetulan gue butuh bola mata untuk di jadikan bahan cobaan." Batin Arsan.

Untung saja Alin tidak terganggu dengan tatapan mereka semua, jika sedikit saja mereka melihat sang adik merasa tak nyaman, maka detik itu pula nyawa mereka melayang.

Sesampainya di depan kelas mereka ber-enam langsung berhadapan dengan Aurora.

"Abang pamit ya, belajar dengan baik." Kata Argan, ia memeluk adiknya, mengecup pipi gembul sang adik.

"Iya Kak, cup." Alin ikut mencium pipi Argan dengan menjinjit karena perbedaan tinggi badan mereka

"Jangan makan yang tidak sehat ya sayang." Kini giliran Afkan yang berpamitan, seperti Argan ia juga mencium pipi Alin.

"Iya Abang, kan Alin bawa bekal."

"Cup, sayang Alin." Ucap Arsan saat gilirannya.

"Cup, sayang Abang juga." Balas Alin tersenyum manis.

"Mau Abang temani sampai pulang?" Tanya Arkan saat kini giliran nya.

Alin dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, ada Abang Bian dan Alden juga kok." Jawabannya.

"Jangan jauh-jauh dari Abang Bian sama Alden ya." Pesan Alfan, Alin mengangguk lucu dan mengecup sang kakak.

"Cup, Kakak sayang Alin." Terakhir giliran Rangga yang berpamitan.

"Sayang Abang juga, cup."

"Kakak tenang saja, Alin aman sama kita berdua." Ujar Alden.

"Yaudah, kalau begitu kami pergi dulu." Kata Argan mewakili, mereka ber-enam pun berbalik pergi dari sana.

"Abang juga pamit ke kelas ya, sayang." Kata Albian pamit pada Alin.

"Iya Abang, semangat belajarnya!" Ujarnya memberikan semangat untuk Albian membuat pria itu tersenyum manis.

"Yuk masuk." Ajak Alden setelah semua saudaranya pergi dari sana.

"Yuk."

Mereka satu kelas walaupun beda satu tahun, saat smp Alin tidak ingin berpisah dari Alden hingga ia di lompat kan, dan berakhir satu kelas di SMA.

Tidak ada yang salah, Alin juga anak yang sangat cerdas walaupun ia polos dan sedikit lemot, tapi bukan dalam pelajaran.

Apalagi dalam kuasa, tidak ada yang akan membantahnya melihat latar belakang keluarga nya yang tak main-main.

Ohiya, gara-gara itu juga Alin tidak punya sahabat. Palingan orang yang hanya ingin dekat dengan para Abang nya jadi mereka mendekati Alin, ataupun hanya ingin harta nya saja.

Beberapa menit setelah keduanya masuk, guru yang mengajar pun masuk untuk memulai pembelajaran.

TBC.

Vote dan Komen ya guys


Mawar Jk








Posesif BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang