37. 🌼 Alin sakit

2.5K 146 4
                                    

Hai semuanya...... Apa kabar kalian?..... maaf baru muncul dan up ya teman-teman, ada sedikit kendala hehee ...

Selamat Membaca

..

Pulang sekolah Alden, Bian dkk kumpul di kediaman mereka. Orang tua dan saudaranya yang lain belum pulang, di rumah hanya ada mereka Alin dan juga Arkan yang menjemput mereka pulang tadi.

Mereka semua duduk di ruang tengah sedangkan Alin naik ke kamar mengganti seragam sekolah nya. Bian dan Alden sih hanya membuka seragam putihnya dan menyisakan baju kaos.

Asik bermain game, mereka tidak Alin turun dengan langkah gontai bergabung dengan mereka. Di atas meja sudah banyaknya cemilan dan juga minuman kaleng yang berantakan, melihat itu Alin hanya menggelengkan kepala.

"Abang," Panggil Alin pelan karena di cuekin.

"Eh, kamu sudah ganti pakaian dek," ternyata mereka tidak menyadari kedatangan Alin saking asiknya bermain game, bahkan Arkan juga ikut main bareng dengan mereka.

Alin bersandar di sofa, entah mengapa tubuhnya terasa lemah dan letih sepulang sekolah. Kepalanya juga sedikit pening, perasaannya seperti nano-nano.

"Ada apa sayangku," Arkan mendekat, duduk di samping Alin membawa kepala Alin bersandar di dada bidangnya dan mengelus rambutnya.

"Badan kamu anget sayang," Bian dan lainnya yang sibuk main game lantas menoleh pada Alin yang terlihat letih.

"Adek gak papa?" Tanya Alden khawatir, mematikan game dan mendekati Alin.

Alin tak menjawab, rasanya menggelengkan pun tak bisa apalagi menyahut. Perlahan air mata Alin meleleh membasahi pipi, dadanya terasa sesak. Tidak tahu mengapa, tapi sekarang ini dia hanya ingin menangis saja menumpukahkan rasa sesak yang ada didada.

"Ayo ke rumah sakit! Hubungi yang lain sekarang!" Arkan menggendong Alin membawanya ke luar rumah.

Alden dan Bian sibuk menghubungi keluarganya, sedangkan teman-temannya turut ikut menyusul Arkan yang sudah membawa Alin ke luar rumah.

Di tempat yang berbeda, Lima A (-Arkan) dan Rangga panik saat membaca grup keluarga. Dengan segera mereka pergi begitu saja meninggalkan pekerjaan mereka.

Afkan yang ada di rumah sakit langsung sigap menyiapkan segala hal sambil menunggu adiknya sampai, dia sendiri dengan beberapa perawat menunggu di luar.

Melihat mobil Arkan tiba dia mendekat setelah memerintahkan perawat membawa ranjang dorong. Setelah meletakkan di atas ranjang dorong Alin di dorong di bawa masuk menuju UGD. Saat Alin di periksa oleh Alfan Lima A (-Arkan dan Afkan) serta Rangga baru tiba di depan ruang UGD.

Mereka melihat ada Arkan, Bian dan yang lain sedang menunggu di depan sana. "Bagaimana keadaan Alin?" Tanya Argan.

"Sedang diperiksa Alfan di dalam," Jawab Arka.

"Bagaimana bisa Adek tiba-tiba sakit seperti itu?" Tanya Argan, pasalnya baru tadi pagi dia melihat keceriaan adiknya eh sekarang sudah ada di rumah sakit.

"Gak tau, tiba-tiba saja Adek keliatan lemas saat sampai di rumah," Jelas Arkan, sendari tadi dia memikirkan penyebab adiknya sakit. Dia mengingat saat menjemput sang adik Alin memang sudah terlihat pucat tapi masih tersenyum manis dan dia tidak mempertanyakan hal itu, sungguh dia sangat menyesal saat ini.

"Kita tunggu Afkan saja," Ujar Argan yang tak mau menerka-nerka mendingan mendengar langsung dari ahlinya.

Beberapa menit kemudian Afkan keluar. Mereka yang menunggu berdiri menghampiri. "Bagaimana keadaan Alin?"

"Adek kecapean dan kurang cairan. Yang lain alhamdulillah baik-baik saja, setelah ini Adek akan di pindahkan ke ruang inap," Jelas Afkan.

Semuanya mengucapkan syukur karena penyakit Alin tidak terlalu serius.

"Syukurlah, pindahkan ke ruangan yang terbaik. Sebentar lagi yang lain akan sampai," Ujar Argan pada Afkan.

Alin yang masih tak sadarkan diri di bawa keluar menuju ruang inap, Menaiki lift dan masuk ke ruangan inapnya. Para perawat memeriksa kembali selang infus dan lainnya lalu pemit pergi.

5 A (-Arsan dan Alfan) memasuki ruang inap bersama Bian dan Alden. Teman-teman Bian dan Alden sudah pamit pulang karena di hubungi oleh orang tuanya.

Tap tap tap

Terdengar derap langkah di telinga kelima laki-laki itu. Sudah dapat di tebak siapa suara langkah kaki itu, tentu saja keluarnya yang lain apalagi 5 A sudah sangat mengenali suara langkah kai sang Mama.

Cklek.

Pintu di buka oleh dan terlihatlah Arsan dan Alfan, di belakangnya ada Alya, Gara, Aira dan Raka. Semuanya masuk dan menatap Alin dengan khawatir, bahkan Alya sudah menangis di samping putrinya.

"Sudah ya sayang, Afkan bilang Alin hanya perlu istirahat. Nanti kalau Alin bangun dia ikut sedih lihat kamu nangis seperti ini,," Gara menenangkan istrinya yang menangis, mengucap bahu Alya dengan lembut dan memberikan kalimat penenang.

"Adek kayak gini pasti karena Mama kurang memperhatikannya," Air mata Alya kembali meleleh membasahi pipi, dia merasa bersalah.

Akhir-akhir ini dia memang sibuk di toko karena ada pesanan untuk acara besar, Alya harus memastikan sendiri semua kuenya dalam keadaan baik hingga ketangan ke pembeli.

"Bukan salah kamu kok sayang,"

"Iya ma, itu bukan salah Mama kok. Udah ya ma gak usah nangis lagi," Afkan menghapus air mata Mamanya dengan lembut lalu mengecup kening.

Tidak mau kalah oleh putranya Gara juga ikut mengecup kening Alya agak lama sebelum mengajaknya pindah ke kasur yang ada di kamar inap.

"Ayo sayang kamu juga butuh istirahat, jangan sampai kamu drop karena kelelahan," Alya menurut, mengikuti Gara yang menuntutnya tidur.

"Cepet sembuh ya sayang," Aira mengecup kening Alin sebelum duduk di sofa bergabung dengan suaminya, Raka.

Arsan pergi menghampiri Mamanya yang sudah berbaring bersama Papanya, mengecup kening Alya dan mengusap pipinya dengan lembut.

"Istirahat ya ma," Alya mengangguk dan tersenyum lembut.

Setelah memastikan Mamanya Istirahat dengan nyaman Arsan duduk di kursi yang ada di samping brangkar Alin. Mengusap kepala Alin dengan lembut, lalu tangan yang satu menggengam tangan Alin.

Cup.

5 A yang duduk di sofa bersama yang lain, pandangannya terus tertuju pada Alin. Mereka semua sudah memberikan usapan dan kecupan, Arsan yang terakhir dan masi duduk di tempatnya.

Tbc.





Mawar Jk

Posesif BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang