Aku, Chloe, Chrys, dan Mischa berada di ruangan berkumpul. Sepulang dari latihan, kami berdiskusi kembali akan membuat apa untuk tugas yang akan dipresentasikan besok. Kami duduk melingkari meja, menatap kekosongan ipapyria—kertas elektronik tipis yang dapat memuat beragam data dengan adanya memori yang tertanam di dalamnya—yang dipakai untuk menorehkan segala ide.
Chloe memperhatikan corndog di tangan yang sebelumnya telah dipesan bersama makanan lain. Ia lantas berujar memberi ide, "Bagaimana kalau alat yang bisa membuat makanan dari karbon dioksida, mineral, dan air, seperti prinsip fotosintesis?"
"Sepertinya itu sudah ada, deh," timpal Chrys. Dia mencomot beberapa kentang goreng di pangkuan sebelum memakannya sekaligus. "Mhahih dhalam phengembhangann, taphi."
"Telan dulu makananmu," suruhku pada Chrys. Aku lantas menanggapi ide Chloe. "Seperti kata Chrys, hal itu masih dalam pengembangan. Tapi, sepertinya sudah dalam tahap akhir."
"Kita jadinya mau buat berapa rencana penelitian memang?" tanya si Anak Pirang setelah menelan makanan.
Aku mengira-ngira. Berapa alat yang mampu kami bayangkan dengan waktu yang sedikit, sedangkan tetap harus memenuhi kaidah penelitian? Bagaimana dengan tim yang lain? Kira-kira mereka akan membuat berapa? Bagaimanapun, kami tidak boleh sampai kalah.
"Sudahlah, Kesatria. Kau tidak perlu berpikir berlebihan," Chloe mengingatkan. Corndog-nya sudah habis setengah. "Otakmu bisa panas."
Aku mengembuskan napas. Kuambil sepotong energy bar rasa cokelat-mete. "Kita buat saja empat. Masing-masing dari kalian beri ide. Apa pun. Tapi yang belum pernah dibuat," usulku setelah menelan satu kunyahan.
Chrys bergumam sebelum bertanya, "Kau sendiri ... apa serius tentang mesin pencangkok otak itu?"
Chloe yang menahan tawa hampir menyemburkan corndog keduanya.
Aku mengerling. "Tentu saja tidak, Konyol," timpalku sambil mengusap wajah lelah. "Itu hanya bercanda. Lagi pula untuk apa cangkok otak? Mustahil. Transplantasi masih mungkin dilakukan. Tapi buat apa?"
"Oh ...." Chrys berpaling seraya memakan kentangnya cepat.
"Aku ingin buat alat ...," Chloe berbisik sambil menuliskan idenya. "Kau punya ide apa, Cha?"
Mischa yang sedang makan gelato stroberi berhenti. Gadis itu berpikir sebentar sebelum menulis sesuatu.
"Nanobot yang dapat memperbaiki kecacatan dalam gen?" tanya Chloe setelah membaca apa yang Mischa tulis. "Bukannya itu sama seperti CRISPR[4], ya? Gen yang dipotong bisa ditempelkan dengan gen yang sesuai keinginan."
===
[4] CRISPR = Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats. (Kurang lebih sesuai penjelasan Chloe dan Mischa. Sisanya silakan cari sendiri :D)
===
Mischa mengangguk. "Benar, tapi CRISPR memakai enzim, mutasi genetik yang lebih parah bisa terjadi bila tidak dilakukan dengan benar. Lagi pula, CRISPR tidak bekerja dengan baik pada ras Fae. Perbedaan DNA yang kami miliki terkadang membuat kesulitan dalam pelacakan kode DNA yang ingin dimanipulasi."
"Tapi, Cha," sela Chrys, "seperti namanya, nano, bukannya itu terlalu kecil untuk masuk ke sesuatu seukuran DNA? Bagaimana membuatnya?"
Mischa bungkam. Mungkin gadis itu tidak berpikir sampai sana.
"Ah, Chrys! Kau membuat harapan Mischa hilang! Kenapa kau tidak buat saja sinar pengecil sampai bisa ke ukuran nano?
Harapan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Brain Games
Science FictionMenjadi juara umum di kelas sepuluh sebelumnya, mengantarkan Arennga menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Sains Persahabatan bersama dua sekolah lainnya dari negara yang berbeda. Bersama tiga rekan setim dan avatar mereka masing-m...